Saat ia terbangun, ternyata jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Ia masih merasakan pusing, tetapi tidak separah kemarin. Ia kemudian memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Berjalan perlahan menuju ruang piano. Entah mengapa ia ingin memainkan piano saat ini. Baginya piano sudah seperti obat ketika ia merasakan kesedihan dan kelelahan.Â
Ia bermain piano dalam gelap. Ditemani cahaya remang remang dari ventilasi udara. Ia tidak kesulitan melakukannya. Karena seseorang pernah berkata.Â
'ketika kamu dan pianomu menjadi satu jiwa, kau tidak akan memerlukan lagi partitur dan bisa bermain dari hatimu'Â
Ia membuka tutup pianonya. Duduk di kursi dan mulai memainkannya.Â
'Beethoven fur elise' bercerita tentang cinta sang komposer Beethoven yang tidak sempat tersampaikan.Â
Shi berusaha mendalami perasaan yang berusaha disampaikan oleh komposer melalui partiturnya. Ia bermain dengan lembut dan perlahan. Berusaha untuk tidak membuat suara yang terlalu keras. Sehingga ia menghasilkan nada yang lembut dan pelan.Â
Shi juga berusaha mengeluarkan perasaannya bersama dengan perasaan yang komposer ingin sampaikan. Shi mendalaminya. Hingga ketika ia selesai memainkannya, ia meneteskan air mata. Menangis seolah merasakan bagaiman rasanya ketika perasaan yang kita miliki tidak tersampaikan.Â
Beberapa minggu berlalu setelah insiden hujan hujanan dan pulang bersama yang Shi dan Seiya lakukan. Mereka menjadi jarang bertemu. Shi yang berusaha menghindar bahkan ketika Seiya berada id rumahnya. Dan Seiya yang tidak berusaha untuk mencari sosok Shi.Â
Kini hari dimana kompetisi provinsi Tokyo akan dimulai. Persiapan yang Shi lakukan sudah nyaris seratus persen. Ia juga sudah berlatih mati matian di bawah pelatihan sosok Satou Muramasa.Â
'ini akan menjadi kompetisi terakhirku. Aku harap aku bisa melaluinya'Â
 Kompetisi kali ini akan diadakan selama tiga tahap dengan jeda setiap tahap adalah empat belas hari. Sehingga kompetisi ini akan berlangsung selama satu setengah bulan. Entah apa yang akan terjadi.Â