Mohon tunggu...
Yunita putri
Yunita putri Mohon Tunggu... Lainnya - Student

Your life is not yours

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Cerpen: Liebeslied (Ainokanashimi)

22 November 2020   11:10 Diperbarui: 22 November 2020   11:12 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Shi kemudian kembali berjalan. Masih menikmati sensasi rintik hujan yang terus menerus datang. 

Sesampainya di perumahan. Ia melihat sosok Takigawa Seiya yang berada di balkon kamarnya, memangku sebuah gitar sembari bernyanyi. Shi bisa mendengarnya. Walaupun suaranya terendam oleh derasnya hujan. 

'lagu yang dia nyanyikan adalah kokoronashi (tanpa hati). Ah, ini semakin menyesakkan. Kau begitu menyayanginya bukan? Kau pasti akan melakukan segala sesuatu untuknya bukan? Bahkan jika itu harus dengan membalaskan dendam padaku' 

Air mata Shi kembali mengalir. Menatap sosok Takigawa Seiya yang begitu menyayangi adiknya. Ia kemudian mengalihkan pandangannya, sebelum sosok itu menyadari kehadirannya. 

'apa masih ada tempat untukku didalam hatimu?'

Sesampainya di rumah, Shi menemukan sosok kakaknya yang sedang bertelepon dengan seseorang. Ia terlihat bahagia. Jadi Shi memutuskan untuk tidak menggangunya. Ia kemudian bergegas menuju kamarnya. 

Shi menutup pintu kamarnya perlahan. Ia menyandarkan kepalanya ke pintu kamarnya. Ia merasakan pusing ditambah sesak napas yang berlebihan. Masih dalam posisi itu, ia memejamkan matanya sejenak. Hingga ia dikagetkan dengan sesuatu yang menetes dari lubang hidungnya. Ia menatap lantai kamarnya. Dan benar saja, ia kembali mimisan. 

Ia bergegas mengambil pakaian dan masuk ke kamar mandi. Sembari berusaha menghentikan mimisannya, ia berusaha membilas tubuhnya agar tubuhnya tidak semakin sakit. Namun, bahkan setelah ia selesai mandi, mimisan itu kembali turun setelah berhenti sejenak. 

Ia menatap wajahnya di depan kaca di wastafel. Darah terus mengalir dari hidungnya. Ia tiba tiba merasakan mual berlebih. Kemudian berusaha keras memuntahkan sesuatu yang membuat dirinya mual. Ketika ia berhasil memuntahkannya, ia melihatnya. Dan itu adalah darah. Ia terus memuntahkannya. Dengan mimisan yang masih terus mengalir, ia juga berusaha keras mengeluarkan sisa sisa muntahan darah dari mulutnya. 

'apa sudah semakin parah?' 

Setelah selesai dengan segala hal yang berhubungan tentang darah, ia kemudian memutuskan untuk tidur sebentar. Mengistirahatkan tubuhnya yang sepertinya kelelahan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun