Satu hari setelah babak semifinal, Shi merasakan tubuhnya mulai melemah. Sesak napas yang biasanya ia rasakan kini semakin menjadi. Napasnya memberat.Â
Shi kemudian memutuskan untuk turun dari kamarnya. Mengampiri kakaknya yang sedang berada di ruang keluarga. Ia berjalan perlahan. Menuruni setiap anak tangga. Bertumpu pada pegangan tangga. Berharap ia tidak akan terjatuh dan membuat suara yang akan mengundang tanya.Â
Ketika ia sampai ke bawah, ia menatap kakaknya yang sedang bersama seseorang. Ia tersenyum. Menatap kakaknya yang kini mengalihkan atensinya kepada dirinya.Â
"Ada apa Shi?" Kakaknya berjalan menghampirinya. Shi yang masih bertumpu pada pintu hanya menggeleng. Ia menundukkan kepalanya. Ketika tiba tiba darah kembali turun dari hidungnya. Ia meraih tangan kakaknya. Bertumpu padanya sembari menyeka darah yang terus mengalir dari hidungnya. Sosok kakaknya mulai panik.Â
"Shi, apa kau baik baik saja. Ada apa?" Yuu terlihat panik dan tidak tau harus melakukan apa.Â
"Aku baik baik saja" suara Shi terdengar lemah. Pandangan matanya memburam. Ia kemudian jatuh pingsan. Hal terakhir yang ia dengar adalah kakaknya yang menyuruh seseorang yang bersamanya memanggil ambulans.Â
Lima jam setelah itu, Shi akhirnya membuka matanya. Ia mendengar suara helaan napas di sekitarnya.Â
'bau antiseptik, ah apakah akhirnya semua orang akan tau'
Shi berusaha mengembalikan pandangannya yang buram. Ia mengalihkan atensinya ke samping kanan dan kirinya. Ada dua orang di sana. Ia menyadarinya. Disana ada sosok kakaknya dan sosokÂ
Takigawa Seiya.Â
'ah, jadi itu adalah Takigawa Seiya.'