Sepuluh hari setelah Shi dirawat di rumah sakit, ia kemudian diizinkan untuk keluar. Tanpa membuang waktu, Shi kemudian kembali ke rutinitas nya, yaitu berlatih piano. Berhubung saat ini bulan Desember, sekolah sudah diliburkan. Musim kali ini adalah musim salju. Musim yang paling disukai oleh Shi.Â
Ia kini sedang berjalan jalan di sekitar rumahnya, kemudian ia melihat sosok Takigawa Seiya yang sedang bermain gitar, sama seperti saat hujan dikala itu. Shi tersenyum menatapnya. Ia kemudian melanjutkan perjalanannya menuju ke taman.Â
Berbekal sebuah headphone ia berjalan menuju taman itu. Sesampainya disana ia hanya duduk di sebuah bangku yang tertutupi oleh salju. Suasana putih menyambutnya. Membuatnya kembali merasakan ketenangan yang nyata.Â
'besok adalah penampilan terakhirku. Aku berharap nadaku bisa sampai kepadanya'Â
Shi berusaha menikmati ketenangan sebelum ia melakukan kompetisi.Â
Keesokan harinya.Â
Shi telah siap untuk tampil di panggung yang megah itu. Ia mengenakan gaun putih sepanjang mata kaki yang terlihat kontras dengan kulitnya yang putih. Ia mengepang rambut bagian kanan dan kirinya, kemudian menyatukannya di bagian belakang dengan sebuah pita berwarna biru muda. Menyisakan setengah rambut dibagian bawahnya. Poninya ia biarkan terurai begitu saja. Juga dengan anak rambut yang tersisa di sisi wajahnya.Â
Ia terlihat seperti seorang putri salju. Dengan nuansa putih dan biru, serta wajahnya yang cukup pucat membuatnya begitu cocok dengan pakaian itu.Â
"Nomor urut 03. Shinagawa Shinerin silahkan bersiap siap"
Shi kemudian berjalan menuju panggung. Setelah memberikan salam kepada penonton, ia kemudian duduk di kursi yang disediakan. Menatap sejenak bangku penonton. Ayah dan bundanya ada disana. Sosok kakak yang menyayanginya juga ada disana, sosok guru pelindungnya juga sedang menanti penampilannya. Dan sosok yang ia inginkan mendengarkan permainannya.Â
Takigawa Seiya.Â