"Apa kau suka hujan?" Tanya Shi. Seiya menggeleng.Â
"Aku menyukainya" Shi tersenyum manis sembari melangkah kembali dengan Seiya yang berjalan dibelakangnya.Â
Ketika mereka sampai di jembatan. Shi tiba tiba berhenti. Menatap air yang mengalir deras dibawahnya. Air yang begitu jernih. Membuatnya ingin terus menatapnya.Â
"Apa kau tidak kedinginan Shi?" Shi menggeleng
"Aku tidak membenci dingin, karena di dalam dingin lah kehangatan bisa datang"Â
'terlalu positif' batin Seiya.Â
"Terserah kau saja" ucap Seiya yang kemudian berjalan mendahului Shi. Shi hanya menatap punggung Seiya yang berbalut seragam dan membawa payung berwarna hitam.Â
'hey, apa kau juga akan meninggalkanku? Takigawa Seiya-kun'Â
Tanpa sadar air mata Shi mulai mengalir. Ia beruntung karena kini ia tidak perlu berusaha keras untuk menyembunyikan air matanya. Ia menatap langit yang seolah berbagi kesedihan dengan dirinya. Bertanya tanya apakah hujan di musim gugur ini benar benar datang karena dirinya.Â
Perasaan sesak kembali menghampirinya. Menekan dadanya secara berkala. Semakin lama napasnya semakin berat. Setiap helan yang keluar dari dirinya terdengar jelas seolah mengatakan bahwa dirinya tidak baik baik saja.Â
Ia kembali menatap punggung sosok Takigawa Seiya yang kian mengecil. Seolah ditelan oleh jarak yang kian jauh. Mereka berjalan di arah berlawanan. Bagaimanpun mereka tidak akan pernah satu tujuan.