Jeda sejenak
"Ia adalah juara bertahan di kompetisi Shibuya sebelum kamu datang. Ia sangat suka ketika dirinya dipuji oleh orang lain karena permainan pianonya. Ia ingin menjadi pianis yang terkenal. Namun, ketika dirimu datang, ia merasa tersudutkan. Bahkan setelah pembagian juara selesai, ia malah merasa terintimidasi dan tertekan karena dirimu. Sebelum ia bunuh diri, ia sempat bercerita bahwa ia begitu membencimu"
"Jadi alasan dirinya bunuh diri adalah karena merasa sudah tidak berguna karena kalah satu kali?"Â
"Begitulah"
"Oh astaga bagaimana bisa? Bukankah ada juara kedua kala itu?"
"Aku pun tidak tau."
Shi mendekat ke arah Seiya, memegang kedua sisi pipinya, dan menempelkan dahinya ke dahi Seiya. Ia menghela napas sejenak lalu menatap mata Seiya yang terlihat lelah, menyelami apa yang ada di mata itu. Lalu Shi memejamkan mata sejenak.Â
"Jika kau benar benar menginginkannya. Kau boleh membunuhku. Bahkan jika itu hanya dengan alasan balas dendam, jika kau memang menginginkannya kau boleh membunuhku. Jika itu membuatmu merasa lebih baik, lakukanlah"Â
Suara Shi terdengar begitu lembut di telinga Seiya. Tangannya yang dingin seolah memberikan kehangatan tak terhingga pada diri Seiya. Hatinya menghangat. Kembali ia menimang nimang apa perbuatannya kali ini adalah perbuatan yang benar. Ia kemudian menggenggam tangan shi yang berada di pipinya.Â
"Aku ingin kamu memikirkannya kembali Takigawa Seiya. Apakah pada akhirnya kau benar benar akan membunuhku atau tidak. Aku ingin, setelah kompetisi provinsi Tokyo selesai, kau telah memutuskan tindakan yang tepat."Â
"Baiklah, aku mengerti"