"Bolehkah aku memelukmu kak?" Tanya Shi, namun belum sempat Seiya menjawab ia lebih dahulu memeluknya, membenampan wajahnya ke dada bidang milik Seiya.Â
'Nyaman' ucap mereka dalam batinnya.Â
Setelah beberapa menit berlalu, Shi melepaskan pelukannya dan menyuruh Seiya untuk kembali ke kamarnya. Shi kemudian menutup kembali pintu kamarnya dan menguncinya. Ia sudah menduga Seiya pasti akan datang walaupun awalnya ia tidak tau motif perbuatannya.Â
Shi bersandar pada pintu yang baru saja ia tutup. Terduduk lemas sembari memegang bagian dadanya yang kembali mengeluarkan darah. Terasa sakit, terasa menyesakkan. Bahkan hanya dengan memhentuhnya luka itu terasa semakin menyakitkan.Â
'Hey, Takigawa Seiya. Aku bahkan tak tau apa aku masih bisa bertahan hingga bulan Desember nanti' Shi tersenyum lirih.Â
Seiya yang baru saja kembali ke kamar yang ia tempati, ia kembali merenungkan perbuatannya. Apakah ia salah dengan dendam yang ia miliki?
'mengapa kau terlihat begitu rapuh? Seolah hanya dengan menyentuhmu kamu akah hancur'
Malam itu adalah malam dimana mereka berdua memutuskan untuk berbicara satu sama lain. Lalu angin musim gugurpun menyambut hari hari mereka yang penuh dengan kejutan.Â
Memulai bulan baru di September setelah liburan musim panas, entah bagaimana mereka mulai sering pergi dan pulang sekolah bersama. Hari hari di bulan September lebih seperti hari hari di musim semi daripada di musim gugur bagi mereka. Mereka mulai sering berbicara dan bertemu.Â
Sebulan berlalu. Bulan Oktober mereka mulai disibukkan oleh urusan masing masing. Takigawa Seiya yang mulai fokus belajar untuk ujian semester pada akhir oktober nanti. Sedangkan Shinagawa Shinerin dengan kesibukannya dalam berlatih piano.Â
20 oktober.Â