“Halo, Tan.”
“Gor, Badru berada di pesawat yang membawa dia ke London as we speak. Dari sana dia terbang ke Singapore dan tiba di Jakarta besok pagi. Dia minta 7-Sekawan ikut aku menjemput dia di Soekarno-Hatta. Aku juga sudah menghubungi Anto agar kumpul besok. Di kantor Kanal-7 atau di rumah kamu?”
“Tunggu dulu. Tante Dir, ini rencana apa?”
“Jokowi.”
Delapan orang muda itu jingkrak-jingkrak. Mereka membayangkan kehebohan baru, kegirangan atas kerja, dan romantika perjuangan.
“Usulanku, cukup Tante Dir yang jemput Om Badru; Om Anto dan begundal geek-nya langsung datang ke rumahku. Ada yang kami berdelapan harus kerjakan besok pagi. Kami nunggu kalian saja di rumah. Lagipula, banyak hal yang perlu Tante Dir bicarakan dengan Om Badru.”
“Bicara apa lagi? Semua sudah klaar. Eh, aku sudah hubungi Tirza, Yono, Brenda, Arif, juga Bayu. Kecuali Tirza, yang lainnya bakal balik ke Indonesia akhir minggu depan.”
“Kenapa kak Tirza gak pulang?”
“Gak dibolehin sama Amanda. Mereka berdua mau berlibur di Los Cabos dulu lalu terbang ke beberapa pulau di Gerika sebelum mendarat di Jakarta. Kayaknya, Tirza baru tiba di sini setelah pilpres.”
“Ada penggantinya kok.”
“Siapa?”