“Akhirnya kamu akui.”
Brigitta duduk di sebelah Maryati.
“Kalau sekarang aku yang nawarin bantuan, kamu terima?”
“Ndak usah kuatir. Aku dibebaskan UGM dari pembayaran Dana Pendidikan, cuma perlu bayar biaya semester. Itu juga dapat korting lima puluh persen. Mbokku sudah nabung. Uangnya cukup. Di Yogya aku bakal tinggal di rumah Bude.”
“Jadi kamu ada perlu apa sama Igor?”
“Kenapa kamu mesti tahu?”
“Penasaran.”
Maryati menghela napas. Dia melipat tangannya di dada.
“Gak ada yang bisa sangkal, Igor itu pemimpin. Tulen. Kharismatik. Itu yang sekarang aku butuhkan.”
“Mimpin hidup kamu?”
Maryati cekikikan. “Kalau terjadi, itu masih sepuluh tahun lagi.”