Sebuah gelengan hadir sebagai jawaban.
“Dunia kamu di sekolah ini cuma tujuh orang; yang lainnya embel-embel.”
“Kamu ada perlu apa sama Igor?”
“Tuh kan, ketika orang di luar kalian punya keperluan sama Igor, kamu merasa terancam.”
“Nggak. Aku nggak terancam, hanya penasaran. Nggak pernah-pernahnya kamu ada urusan sama dia.”
“Kamu nggak pernah tahu kalau Igor nyisihkan separuh dari uang saku bulanannya buat mbantu keperluan sekolahku?”
Gadis itu terhenyak lagi.
“Ini sekolah mahal, Git. Aku memang dibebaskan dari iuran bulanan. Tapi biaya lainnya ndak sanggup ditanggung penjual pecal kayak mBokku.”
“Igor nggak pernah cerita.”
“Dia bukan orang Farisi.”
“Kenapa aku tiba-tiba seperti merasa tersingkir?”