Mereka berdua pun ke dapur. Bagus mengambil penggorengan. Mengambil bawang merah. Mengambil telur ayam. Mocsya hanya melongo. Melihat apa yang dilakukan Bagus.
“Bantuin dong, Ca!” kata Bagus.
“Aku ngapain?”
“Pelototin telurnya!”
“Diapain?” tanya Mocsya yang tak tahu harus melakukan apa. Mocsya memang belum pernah membuat nasi goreng. Mocsya tahunya hanya makan nasi goreng. Titik.
“Dipelototin!” ulang Bagus.
“Kok dipelototin?”
“Biar pecah. Kamu kan bisa sulap.”
Berdua sibuk. Bukan, bukan berdua. Mocsya hanya menonton kok. Bagus saja yang sibuk sendirian. Mengupas bawang. Memecah telur.
“Ambilkan garam, Ca!”
“Yang mana?”