Mocsya mengambil gelas. Hendak membuang air yang digelas.
“Jangan dibuang!” cegah Ismi.
Tak sengaja. Tangan Ismi menyentuh tangan Mocsya. Lembut. Lembut sekali. Lembutnya sampai ke hati. Menentramkan. Menentramkan sekali. Ah, berlebihan! Seperti roman picisan.
“Tuang di gelasku saja!”
“Ya,” jawab Mocsya.
“Tak baik membuang-buang air matang.”
“Ya.”
“Kamu tahu kenapa?”
“Ya.”
“Kamu tahu alasannya?
“Ya.”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!