“Kau tahu darimana?” Tanyaku atas ketidak tahuanku dari informasi yang didapatnya.
“Yaaah… tadi si tua Pullman menghubungiku dan dia mengatakan kalau kau mengalami sedikit permasalahan dengan Issabel beserta karya ilmiahmu,”
Aku mengernyit. Kenapa orang ini begitu sulit untuk ditebak? Bahkan, ketika aku sangat membencinya pun, aku tidak pernah tahu apa isi dari kepalanya.
“Kalau kau memilih yang pertama, silahkan kau tetap berdiri disitu mengamatiku sampai jam 7 nanti. Tapi jika kau memilih yang kedua, kau bisa segera menyerahkan surat panggilan padaku itu dan kau boleh pergi dari sini. Pastinya kau tidak mau berlama-lama di tempatku, bukan?” Lanjutnya sambil berbalik dan membersihkan tangannya.
Aku mengeluarkan surat panggilan itu dari ranselku lalu melemparkannya secara kasar kewajah Mike.
“Ku harap kamu mau menggunakan title mu sebagai waliku dengan sangat baik Mike,” Ujarku sambil menyeringai puas.
Mike mengatupkan bibirnya menahan amarah, rahangnya menegang, wajahnya merah padam.
“AMBIL!!!” Ujarnya sambil meraih kasar pergelangan tanganku dan menunjuk kasar pada surat panggilan yang sekarang tergeletak di lantai.
“Ambil surat itu, atau aku banting tubuhmu berserta semua ocehan yang selalu kau lemparkan padaku,”
Aku tidak pernah melihatnya semarah ini. Aku sangat ingin melihatnya marah, tapi entah kenapa sekarang aku begitu… takut!
“Kau tidak dengar? AMBIL SURAT ITU!” Ujarnya lagi sambil menatapku dengan penuh amarah.