Mohon tunggu...
yuliana pertiwi
yuliana pertiwi Mohon Tunggu... -

Seorang Pemimpi Yang sedang Berjuang, dan mudah-mudahan idak akan pernah lekang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terlintas Satu Kata

5 Oktober 2015   10:03 Diperbarui: 5 Oktober 2015   10:03 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mr. Pullman mengeluarkan secarik kertas dari laci mejanya. Dia menyodorkan secarik kertas tersebut dihadapanku. Aku hanya bisa menerima kertas tersebut dengan tangan gemetar. Aku bahkan tidak dapat merasakan denyut jantungku sendiri. Aku harap, apa yang Aku khawatirkan itu tidak terjadi.

Surat Panggilan. Ya...surat panggilan untuk Mike. Aku hanya bisa memandang surat ditanganku itu dengan tatapan nanar. Beginikah cara mereka memperlakukan anak aneh sepertiku,tanpa meminta sebuah alasan yang ingin kusampaikan pada mereka? Apakah ini bentuk ketidak adilan dari hasil kerja kerasku selama disekolah ini? Mereka lebih menghargai tahta dari pada apa yang kuusahakan.

Aku merasa Issabel adalah seorang Ratu. Mr. Pullman adalah seorang penasihat dari pemilik istana Sang Ratu. Sedangkan aku? Huh... aku hanyalah serdadu miskin yang kerap dijadikan alas kaki bagi sang ratu. Ya... alas kaki. Hina, Bukan?

Mr. Pullman terbatuk pelan. Membuyarkan lamunan atas ketertindasan yang sedang ku alami didetik ini.

“Aku ingin bertemu dengan Walimu. Itupun kalau kamu tetap ingin menjadi bagian dalam mata pelajaran yang kuberikan,” Ujar Mr. Pullman kembali sibuk dengan pekerjaannya. Mengabaikanku dengan rasa amarahku.

Aku marah dan aku merasakan mataku mulai memanas.

“Ok…Aku akan membawa Mike! Aku akan membawa Mike kehadapan Anda Mr.Pullman, dan aku berharap dia mampu membayar Anda lebih dari apa yang telah dilakukan Orang Tua Issabel terhadap Anda, Mr. Pullman,” Kataku seraya pergi meninggalkan Mr. Pullman. Mengabaikan panggilan Mr. Pullman yang mulai meradang mendengar argumentku. Mengabaikan segala bentuk jejak kemarahan dan ketidak adilan yang ku terima.

 

Mike sedang mengutak-atik salah satu mobil antic mewah ketika aku datang di Showroom miliknya. Aku tidak tahu apa yang telah kulakukan. Aku hanya ingin masalahku dengan Mr. Pullman segera teratasi. Aku ingin segera keluar dari sekolah itu, dari kota ini dan pergi sejauh mungkin.

Mike tidak menyadari kehadiranku, dan akupun terlalu enggan untuk menegurnya. Disaat seperti inipun rasa gengsiku bisa menutupi sejenak amarah yang telah kucecerkan dari sekolah tadi. Aku mengamati punggung Mike yang membalakangiku ketika dia masih sibuk mengutak-atik mobil itu. Ada sedikit keraguan ketika aku hendak menegurnya. Tapi apa yang mesti kulakukan? Dia Waliku, dan sekarang aku membutuhkan sedikit bantuannya.

“Apa kau akan terus berdiri disitu seperti orang tolol atau kau akan segera menyerahkan surat panggilan itu padaku?” Tegur Mike masih dengan posisi membelakangiku dan tetap sibuk dengan mobilnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun