Mohon tunggu...
yuliana pertiwi
yuliana pertiwi Mohon Tunggu... -

Seorang Pemimpi Yang sedang Berjuang, dan mudah-mudahan idak akan pernah lekang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terlintas Satu Kata

5 Oktober 2015   10:03 Diperbarui: 5 Oktober 2015   10:03 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mike hanya menatapku dengan pandangan tak terbaca ketika melihat kue tart beserta kado ulang tahun yang belum kubuka darinya berakhir di tempat sampah. Namun, aku tidak peduli. Aku hanya menatapnya tajam, suatu isyarat bahwa dia dan aku masih berperang. Sulit untuk melupakan apa yang telah dia perbuat 8 tahun yang lalu.

“Selamat ulang tahun Sher, semoga semua yang kamu inginkan bisa tercapai,” Ujarnya dengan senyum tipisnya.

Dia masih sama seperti dulu. Entah kenapa, tidak ada tanda-tanda penuaan diwajahnya. Rahangnya masih tetap kokoh seperti dulu. Tatapannya yang teduh seolah menyiratkan kedamaian. Orang-orang yang belum mengenalnya tidak akan menduga kalau dia adalah seorang pysichopat ulung yang telah membunuh Ayahku

“Ya… aku harap di usia-mu yang ke-16 tahun ini, rasa marahmu padaku akan memudar,” Lanjutnya sambil menatapku lekat tanpa melepaskan senyum hangatnya kepadaku.

Aku memiringkan pandanganku padanya. Ingin rasanya saat ini juga meludahi atau menampar wajahnya yang penuh dengan kemunafikan itu.

“Kau pikir akan semudah itu? Setelah apa yang kau rebut dariku dan kau kira aku akan memaafkanmu. Huh… kau salah Bung, “ Jawabku sambil berlalu pergi menuju kamar mandi.

Rasa marahku tidak akan pernah padam. Rasa marahku ini akan selalu tersulut hingga membentuk kobaran yang sulit untuk diredamkan. Aku sekarang berada di kota besar di New York, Jauh dari tempatku bermil-mil dari Virginia. Sebuah kota yang pastinya akan kurindukan. Walaupun disana masih tertutup rapat kisahku 8 tahun yang lalu.

Aku disini. Bersama orang yang telah membunuh Ayahku. Bersama orang yang telah merenggut kebahagiaanku. Tidak ada yang percaya akan ceritaku. Ketahuilah, hidup ini butuh bukti. Namun, salahkah aku jikalau aku tidak mempunyai bukti atas tragedy 8 tahun yang lalu? Salahkah aku jika aku masih menyimpan dendam yang berkepanjangan kepada Mike?

***

Amory Sheryl Viveza. Kekasih yang sempurna. Itu adalah namaku. Ibu bilang itu adalah nama yang diberikan Ayah kepadaku. Aku tahu kalau Ayah selalu menyayangiku dan Ibu. Walaupun dimasa hidupnya Ayah kerap kali mengabaikan aku dan Ibu. Ibuku meninggal sebelum aku melihat Ayah terkapar di ruang keluarga kami, tepat setelah terjadi pertengkaran hebat dengan Ayah. Namun, aku tidak menyalahkan Ayah. Aku tahu Ayah menyayangiku dan Ibu.

Aku memasuki gerbang sekolah sebelum Mr.Chandler memulai pelajaran bahasa perancis yang bagiku teramat membosankan. Gemuruh bisikan dan suara gaduh mulai terdengar dari sudut kelas. mereka bercerita tentang liburan musim panas yang mengagumkan. Serta betapa ingin mereka menambah waktu liburan mereka supaya bisa untuk menikmati liburan lebih lama lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun