Aku hanya bisa menatapnya dengan penuh ketakutan, persis seperti 8 tahun yang lalu. Ketika aku melihat dia membunuh Ayahku. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku ingin berteriak, tapi keringkihan sudah menggerogoti segala bentuk keberanian yang ku punya.
“Mike, Cukup!” Tegur Jordan sambil melepaskan tanganku yang gemetar dari tangan Mike. Aku bahkan tidak menyadari kehadiran Jordan!
Mike mengusap pelan wajahnya. Terlihat Jordan yang masih menenangkannya, mengatakan sesuatu kepadanya yang tidak dapat kudengar. Mike hanya terdiam, seolah mengingat kembali kejadian yang terjadi beberapa detik yang lalu. Dengan gontai, dia mengambil surat panggilan yang kulemparkan tadi. Dia melirikku sekilas, lalu diapun meraih sepeda motornya dan meninggalkanku dengan bentuk ketakutan yang masih tersisa.
Jordan memegang lembut bahuku, “Ada sedikit hal, yang memang tidak kamu mengerti dari Mike, Sher!”
Aku tidak bergeming menanggapi perkataan Jordan. Jika Mike menginginkan sedikit pengertian dariku, apakah dia juga akan mau untuk mengerti bagaimana sakit dan ringkihnya aku saat ini?
***
Mike berjalan dengan santai menuju ruangan Mr. Pullman. Hari ini dia mengenakan Jaket kulit lengkap dengan T-shirt putih kesayangannya dan jeans ketat yang selalu mejadi favoritnya. Aku berani jamin, dengan style seperti ini, pastinya Elsie akan semakin tergila-gila dengan Mike. Namun, untungnya kelas sudah berakhir dan hanya tinggal aku dan beberapa murid lainnya yang diantara mereka masih menunggu jemputan.
Aku menghela nafas lega ketika melihat Mike. Ini sudah lewat 15 menit dari yang diberikan oleh Mr. Pullman. Mike tersenyum tipis kepadaku. Semenjak kejadian kemarin, dia tidak pulang kerumah. Kupikir dia membatalkan niatnya untuk memenuhi panggilan dari Mr. Pullman.
Bukannya apa-apa, bukankah semua masalah itu berawal dari dia? Seandainya dia tidak membunuh Ayahku, pastinya sekarang aku bisa menikmati kebersamaan dengan Ayah, dan pastinya lagi aku tidak akan bertemu dengan orang-orang culas seperti Elsie dan Issabel. Semuanya ini berawal dari dia!
“Kau tunggu disini!” Perintahnya sambil berlalu menuju ruangan Mr. Pullman.
Aku hanya bisa memandanginya sambil menahan amarah. Aku tidak akan menyulut kemarahanku disini, karena detik ini aku memang membutuhkan sedikit bantuan darinya.