Mohon tunggu...
yuliana pertiwi
yuliana pertiwi Mohon Tunggu... -

Seorang Pemimpi Yang sedang Berjuang, dan mudah-mudahan idak akan pernah lekang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terlintas Satu Kata

5 Oktober 2015   10:03 Diperbarui: 5 Oktober 2015   10:03 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Aku memutar mataku. Aku sangat bosan mendengar penuturan itu. Kenapa Jordan seolah-olah menyudutkanku atas pengakuanku itu? Apa dia tidak mengetahui, bagaimana tindakan temannya terhadapku?

            “Ok! Mike menyayangiku dan Aku membenci Mike. Kurasa itu akan menjadi fakta baru bagi temanmu yang harus kau sampaikan padanya,” Ujarku sambil memindahkan surat itu kegenggaman Jordan.

            Aku tidak membutuhkan fakta baru. Aku hanya ingin fakta yang ku ketahui ini segera habis ditelan oleh kubangan waktu. Ya! 3 hari lagi faktaku dan Mike akan berakhir.

            “Sher, kamu tahu hal yang paling berharga itu apa? Yaitu detik yang baru saja lewat, karena itu tidak bisa kita ulangi lagi. Jadi aku tidak mau kau menyesali detikmu yang akan datang apabila kau masih diliputi keegoisan pada detikmu yang sekarang,” Ujar Jordan kembali memindahkan secarik kertas itu pada genggamanku.

***

            Aku sekarang berada di ruang tunggu tempat Mike ditahan. Bukannya apa-apa, aku hanya ingin mengucapkan salam perpisahan kepadanya dan mengatakan betapa menderitanya aku karena menghabiskan 8 tahunku dengan sia-sia bersamanya. Namun, entah kenapa semenjak kedatangan Jordan kemarin, aku kembali diliputi oleh ketegangan. Aku sama sekali belum membuka surat itu, karena sejujurnya aku terlalu takut menemukan fakta baru seperti yang dikatakan oleh Jordan kemarin.

            Mike keluar dari sel tahanannya bersama seorang polisi. Terlihat keletihan menggelayuti wajahnya, dia terlihat sangat kurus! Tembok yang dulu kokoh seolah runtuh dihantam oleh badai. Kepercayaan dirinya yang dulu, seolah lenyap oleh kematian dan darah yang telah dilakukannya. Mike tersenyum kepadaku. Mendung yang tadi menutupinya, kini digantikan oleh siluet cakrawala ketika melihatku berkunjung.

            “Aku tidak menyangka kau datang mengunjungiku,” Tegur Mike tersenyum lebar kepadaku.

            “Jadi kau tidak menyukai aku datang mengunjungimu?”

            “B-bukan begitu, aku pikir tadi itu Jordan, dan… kau tahu,ini pertama kalinya kau mengunjungiku semenjak aku ditahan di tempat terkutuk ini,” Ujarnya tanpa melepaskan tatapannya.

            Aku hanya diam menanggapi omongan Mike. Aku tidak akan memuntahkan kekesalanku yang masih tersisa sekarang. Aku tidak ingin merusak hari terakhir sebelum eksekusinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun