Mohon tunggu...
yuliana pertiwi
yuliana pertiwi Mohon Tunggu... -

Seorang Pemimpi Yang sedang Berjuang, dan mudah-mudahan idak akan pernah lekang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terlintas Satu Kata

5 Oktober 2015   10:03 Diperbarui: 5 Oktober 2015   10:03 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sheryl, ku mohon tenang…” Ujarnya sambil menjangkau tanganku dan membenamkanku kedalam pelukannya. Aku mencoba untuk melepaskan pelukan itu ,tapi semakin aku mencoba untuk melepas pelukan itu, dia semakin mengeratkan pelukannya. Seolah dia khawatir untuk kehilangan moment singkat yang telah dia lakukan padaku.

Aku hanya bisa menangis pada dadanya yang bidang, menangisi ketidak berdayaanku atas tindakan yang telah dilakukannya. Aku hanya bisa mengeluarkan segala bentuk amarahku disela isak tangisku yang begitu sulit untuk kuredakan, “Kau membunuh Ayahku Mike, kau menghancurkan hidupku Mike mengelus pelan kepalaku tanpa melepaskan pelukan eratnya dariku.

“Maafkan aku Sher, “ Ujarnya berbisik diantara isak tangisku yang semakin menjadi.

Aku mencoba kembali untuk melepas pelukan Mike. Namun, ketidak berdayaan telah menguasaiku. Aku hanya bisa berbisik pada pelukannya, “Aku membencimu Mike, aku sangat membencimu,” Mike melepas pelukannya, tangannya yang kokoh memegang erat kedua bahuku.

“Aku menyanyangimu Sher, aku menyayangimu dan Ibumu. Aku hanya ingin memiliki kalian berdua. Cuma itu!” Ucapnya lembut sambil menghapus air mataku dan meninggalkanku diantara ketidak mengertianku dari skenario yang telah dirancangnya selama 8 tahun untukku.

***

Aku mengenakan baju terbaikku hari ini (kaos oblong pink + celana jins) . Bukan apa-apa, aku cuma berharap hari ini aku akan segera menemukan hari terbaikku. Ya, mungkin saja dimulai dengan mengenakan hal terbaik dari apa yang kita punya, hari baik itu akan segera datang.

Kepalaku masih berat karena efek tidur jam 5 ku, ditambah lagi dengan kejadian singkat di balkon dengan Mike tadi malam, membuat tenagaku semakin terkuras. Aku lelah. Ya… aku lelah dengan segala kehidupanku yang seolah-olah enggan untuk menemukan titik temu yang kuinginkan.

Ketahuilah, aku cuma ingin bahagia. Hanya itu.

            Mike tersenyum padaku sambil terus berkutat dengan laptopnya. Wajahnya juga menyiratkan kelelahan. Sepertinya dia juga tidak tidur. Katung dimatanya tidak bisa berbohong.

            “Pagi yang melelahkan,” Tegurnya tanpa melepaskan matanya pada layar monitor. Aku hanya menatapnya diam sambil terus menikmati sarapan pagiku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun