“Ada apa antara kau dan Ibu, Mike?” Tanyaku dengan suara getir untuk yang kedua kalinya.
Mike menatapku dengan tatapan konyol, namun tak urung dia berjalan kearahku.
“Apa kau yakin, kau akan sanggup menerima masa-masa indah yang sudah kujalani bersama Ibumu, setelah apa yang akan kau dengar nanti?” Tanyanya tersenyum mengejek sambil menunduk padaku sehingga aku dapat mencium aroma nafasnya yang membuat perutku mual.
“Masa-masa indahmu itu adalah masa lalu Mike. Kau tahu, masa lalu itu tidak akan pernah menang, karena dia akan selalu berada dibelakang. Jadi, kau tidak usah takut untuk menceritakan masa-masa bodohmu bersama Ibuku,” Jawabku sambil menatapnya tajam.
Mike menggeleng dengan dramatis. Lalu dia kembali meneguk wine yang dipegangnya.
“Aku dan Ibumu adalah pasangan yang serasi, banyak orang yang iri dengan hubungan kami, termasuk Jack, Ayahmu!” Ujar Mike sambil menyeringai.
“Ya... akhirnya pintu hati Ibu terbuka dan dia lebih memilih Ayah dari pada pacarnya yang urakan,” Jawabku dengan puas. Mike dan Ibu memang pernah memiliki suatu hubungan. Tapi itu dulu.
Mike mengerang dramatis sambil meletakkan wine yang tinggal setengah diatas meja diruangan tersebut.
“Ayolah! Kau belum mendengar setengah dari ceritaku, jadi kau tidak bisa menyimpulkan sendiri endingku dengan Ibumu, Sweety!” Sanggah Mike sambil tersenyum mengejek menatapku.
Terserah. Fakta sudah jelas, Ibu lebih mencintai Ayah dari pada pria gadungan yang berdiri didepanku. Aku sangat yakin akan hal itu.
“Dulu... ya, kurang lebih seusiamu, aku dan Ibumu banyak memiliki moment-moment indah,”