BAGIAN 1
      Saudara, izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Kun, makanan kesukaan saya daging bakar atau ayam panggang atau singkong rebus atau apa sajalah selama wanginya sedap dan empuk saat dikunyah, maklum umur saya sudah tidak lagi muda jadi rahang dan gigi saya sudah tidak kuat makan makanan yang keras. Saya suka bermalas-malasan di depan televisi dan film kartun menjadi tontonan yang saya tunggu-tunggu. Film kartun itu seru, banyak adegan kejar-kejaran dan gambarnya warna-warni tapi kadang saya juga menonton acara lainnya seperti bioskop televisi, berita pagi, acara kriminal sampai acara gosip.
Saya benci bawang, bukan hanya baunya yang mengganggu tapi jika saya makan bawang, saya langsung pusing, seolah ada banyak burung terbang berkeliling di atas kepala macam adegan di film kartun kesukaan saya.
      Saudara, di tempat sekarang saya berada tidak ada yang bisa dimakan. Disini gelap, sempit, bau basah, kotor, banyak sampah dan kadang ada tikus yang bergantian keluar-masuk lubang, jangan tanya kenapa mereka keluar-masuk, karena saya tidak mengerti bahasa tikus, mungkin mereka ingin mencari udara segar atau bisa jadi mereka penasaran dengan penghuni baru, yaitu saya dan sahabat saya, entahlah.
      Sebenarnya kami baru sebentar ada disini, saya lupa nama tempat ini apa, seingat saya gorong-gorong, tapi ada juga yang bilang saluran irigasi bawah tanah, tak tahulah mana yang benar. Tapi saya pernah melihat tempat seperti ini di televisi, mungkin saudara juga pernah melihatnya. Tempat ini dijadikan markas besar oleh empat ekor kura-kura berukuran tidak normal yang suka menggunakan penutup mata, mereka juga mahir berkelahi, kalau tidak salah ada di film "Kura-kura samurai," eh, tunggu-tunggu "Kura-kura ninja." Ya, itu judul filmnya. Maaf saya sudah tua jadi ingatan saya tidak sebagus dulu.
      Saudara, saya ingin bercerita tentang sebab kami disini tapi sebelumnya saya perkenalkan dulu sahabat saya yang sekarang sedang tidur pulas. Namanya Kosasih, laki-laki, umurnya tujuh belas tahun, tidak tinggi, badan kurus, kulit cokelat, rambut hitam, matanya lucu seperti mata boneka beruang. Dia suka makan sambal, tidak bisa berenang dan suka berlama-lama di kamar mandi. Saya tahu banyak tentangnya karena dari kecil kami selalu bersama, tidak terpisah barang sehari saja. Oh iya, dia sangat takut ular. Dulu, Ketika masih kecil dia pernah dililit ulat besar di kebun tebu, beruntung saya mendengar teriakannya. Sebagai sahabat yang baik saya langsung menolong, hari itu ular besar berhasil dibunuh tapi sejak hari itu pula dia ketakutan jika melihat ular.
Kami tinggal di pinggiran kebun tebu yang luas sekali. Saya tidak bohong saudara, saking luasnya kemana mata memandang yang terlihat hanya hamparan pohon tebu. Kakek Duloh pernah bilang kalau perkebunan itu milik pabrik gula yang dikelola pemerintah jadi meskipun jarak antara kebun dan tempat tinggal kami dekat, kebun tebu itu bukan milik kami.
      Baiklah, saya akan mulai bercerita. Tapi tunggu! Saya harus mulai dari mana? Saya tak mahir bercerita seperti Ustad Muri atau Kakek Duloh. Ah saudara juga pasti bingung siapa mereka kan? Sekali lagi maaf, tolong dimaklum umur saya sudah tua jadi banyak lupa dan kadang suka melantur kemana-mana. Ya ampun, ternyata begini rasanya menjadi tua.
Sebenarnya saya sedang sedih, kenapa disaat genting dan kacau seperti sekarang ini saya tidak lagi kuat dan lincah. Saya takut tidak bisa melindungi sahabat saya. Kosasih itu hidup saya, tentu akan menjadi penyesalaan yang begitu luar biasa jika hal buruk menimpanya.