Premis 3: Teknologi sebagai Mediator Interaksi Sosial
Teknologi mengubah cara manusia terhubung, berkomunikasi, dan membangun hubungan, menciptakan norma dan pola interaksi baru yang memengaruhi perilaku dan identitas sosial.
Komunikasi digital (misalnya SMS, panggilan video) dapat menyebabkan perubahan dalam gaya komunikasi, kepercayaan diri sosial, dan keterampilan interpersonal. Misalnya, individu introvert mungkin menemukan cara yang lebih nyaman untuk terhubung, sementara yang lain mungkin sangat bergantung pada validasi digital.
Batasan sifat sosial, seperti introversi dan ekstroversi, menjadi lebih cair. Kepribadian dapat dibentuk oleh seberapa sering, terbuka, dan efektif individu berinteraksi dalam ruang digital.
Premis 4: Teknologi Mendorong Munculnya Identitas Hibrida
Teknologi memfasilitasi penciptaan berbagai persona yang sering kali memiliki konteks spesifik yang dapat diwujudkan oleh individu, terutama di ruang digital (media sosial, dunia maya, dll.).
Orang-orang mungkin mengekspresikan sifat-sifat yang berbeda atau menyesuaikan perilaku mereka berdasarkan kepribadian digital mereka---mengarah pada identitas hibrid yang memadukan realitas dengan diri online yang dikurasi. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan kesadaran diri atau, sebaliknya, peningkatan disonansi atau kecemasan terhadap identitas.
Fleksibilitas identitas dalam konteks digital dapat mendorong kemampuan beradaptasi namun juga menimbulkan konflik internal mengenai keaslian dan presentasi diri.
Premis 5: Teknologi Membentuk Kembali Struktur Motivasi dan Penghargaan
Mekanisme kepuasan instan yang tertanam di banyak platform digital mengubah cara individu mengalami dan mengejar motivasi dan penghargaan.
Seringnya terpapar pada "reward" instan (misalnya notifikasi jumlah "like", pencapaian dalam game, jumlah penonton) dapat memengaruhi aspek kepuasan yang tertunda, kesabaran, dan perilaku yang berorientasi pada tujuan.