3. Solidaritas Digital sebagai Paradoks (Paradoxical Digital Solidarity)
Di dunia maya, solidaritas bisa muncul dalam bentuk gerakan viral yang dapat memiliki dampak positif seperti kampanye sosial, tetapi bisa juga menjadi gerakan destruktif yang mengarah pada perundungan daring (cyberbullying) atau penggiringan opini publik. Hal ini menyoroti sisi dinamis kepribadian yang terbangun oleh solidaritas berbasis teknologi.
Dalam beberapa insiden, masyarakat Indonesia memobilisasi solidaritas digital untuk aksi kemanusiaan, tetapi pada saat lain, mereka juga bisa menggerakkan "pasukan netizen" untuk menyerang individu atau entitas yang dianggap kontroversial.
4. Konsumsi Konten Digital dan Pengaruhnya pada Kebiasaan Moralitas
Teknologi memberikan akses mudah ke konten-konten yang tidak sesuai dengan nilai moral tradisional masyarakat, seperti pornografi atau perjudian daring. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi dapat mengubah kepribadian dan kebiasaan moral seseorang melalui eksposur yang terus-menerus.
Lonjakan jumlah pengguna situs pornografi atau aplikasi perjudian di Indonesia yang mencerminkan perbedaan besar dengan norma yang berlaku di masyarakat sehari-hari.
Perbedaan perilaku antara dunia nyata dan dunia maya yang dialami oleh masyarakat Indonesia menunjukkan bagaimana teknologi dapat menciptakan kepribadian yang dinamis, beradaptasi, dan berubah. Identitas daring ini bukan sekadar refleksi dari dunia nyata, tetapi juga hasil dari interaksi unik yang dibangun dalam konteks digital. Fenomena ini menegaskan argumen kami bahwa kepribadian manusia berkembang dan berubah dalam konteks interaksinya dengan teknologi, menciptakan hibrida kepribadian yang tidak bisa diabaikan dalam studi modern tentang psikologi manusia.
Di samping itu, semenjak AI generatif hadir kami mengidentifikasi sejumlah perilaku dan kepribadian baru muncul ketika kita manusia berinteraksi dengan AI generatif. Berikut ini sejumlah fenomena perilaku dan kepribadian yang kami amati dan catat.
1. Digital Otentik vs. Persona Digital
Deskripsi: Pola ini mengeksplorasi bagaimana individu mengekspresikan diri mereka secara autentik atau membangun persona digital yang berbeda dari diri offline mereka. Psikologi tradisional sering membahas presentasi diri dan identitas, namun ruang digital memperkuat dan memperumit hal ini dengan menyediakan anonimitas, dinamika validasi sosial, dan identitas yang direkayasa.
Pengamatan: Banyak pengguna mengadopsi "wajah" yang berbeda tergantung pada platform atau konteks online mereka. Beberapa orang menggunakan interaksi digital untuk bersikap lebih jujur, berbagi pemikiran dan kelemahan yang mereka sembunyikan secara offline, sementara yang lain mungkin menutupi rasa tidak aman atau menampilkan citra diri yang ideal.