AI, dengan kemampuannya menganalisis kumpulan data yang luas dan mengenali pola perilaku manusia, dapat membantu memetakan ciri-ciri kepribadian kompleks ini dan menawarkan wawasan yang lebih mendalam tentang psikologi manusia. Dengan mengenali pola-pola unik ini, kita dapat mengeksplorasi cara-cara baru dalam memahami dan berinteraksi dengan orang-orang baik dalam konteks pribadi maupun profesional
Premis
Berdasarkan uraian identifikasi masalah dan tujuan yang ingin kami capai yaitu sebagai jembatan dari tiga klaster besar teori dalam psikologi, kami menyusun sejumlah premis.
Premis 1: Teknologi sebagai Penguat Kognitif
Teknologi memperluas dan membentuk kembali kemampuan kognitif manusia, memengaruhi cara kita berpikir, belajar, dan memproses informasi.
Individu yang sering menggunakan alat digital, seperti ponsel cerdas, komputer, atau AI, dapat mengembangkan pola kognitif yang unik---seperti peningkatan multitasking, rentang perhatian yang lebih pendek, atau preferensi untuk akses informasi yang cepat.
Teknologi mungkin memperkuat sifat-sifat tertentu (misalnya, pemikiran analitis) dan melemahkan sifat-sifat lainnya (misalnya, kesabaran atau fokus yang mendalam). Fungsi kognitif bisa menjadi lebih mudah beradaptasi namun juga lebih bergantung pada alat teknologi.
Premis 2: Teknologi Membentuk Respons dan Regulasi Emosional
Penggunaan platform digital (media sosial, aplikasi perpesanan, dll.) sangat memengaruhi pengalaman emosional, membentuk cara individu mengekspresikan, mengatur, dan memahami emosi.
Interaksi yang sering dengan media sosial dapat menyebabkan peningkatan kepekaan terhadap validasi eksternal (misalnya, suka, komentar) atau peningkatan ketidakstabilan emosi karena paparan umpan balik yang terus-menerus.
Ciri-ciri emosional seperti harga diri, empati, dan ketahanan dapat dipengaruhi oleh norma dan dinamika komunikasi digital. Seiring berjalannya waktu, perubahan ini dapat membentuk aspek inti kepribadian seseorang.