Mohon tunggu...
Azkiyatun Danifatussunah
Azkiyatun Danifatussunah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

You Can Get Used To It !!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Novel "Laskar Pelangi"

29 Desember 2020   08:22 Diperbarui: 29 Desember 2020   08:41 2343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia gelap yang memicu Flo dan itu juga salah satu tujuannya mendekati Mahar. Berbeda dengan A Kiong yang juga mengabdi kepada Mahar tapi memosisikan diri sebagai murid, Flo sebaliknya memosisikan diri sebagai rekan. Langkah awal mereka adalah membentuk sebuah organisasi rahasia para penggemar paranormal. Karena organisasi sangat sibuk, sehingga mereka membutuhkan bantuan seorang sekretaris merangkap bendahara.

Ketika aku ditawari posisi itu, aku segera menyambarnya, meskipun tidak ada honornya sepeser pun. Tugasku sederhana dan cukup diatur melalui sebuah buku register. Tugas lainnya adalah mengatur pertemuan rahasia. Seperti sore ini misalnya, Flo menyerahkan undangan padaku, isinya:

Rapat mendesak, Los V/B pasar ikan, Pk. 7 tepat.

Be there or be damned!

Bab 27

Detik-Detik Kebenaran

Kami berada dalam sebuah situasi yang mempertaruhkan reputasi, yaitu lomba kecerdasan. Suasana menjadi tegang ketika ketua dewan juri, bangkit dari tempat duduknya, memperkenalkan diri, dan menyatakan lomba dimulai. Jantungku berdegup kencang, Sahara pucat pasi, dan Lintang tetap diam misterius, ia bahkan memalingkan wajah keluar melalui jendela. Detik-detik kebenaran yang hakiki dan mencemaskan tergelegar didepan kami. Seluruh peserta memasang telinga baik-baik, siap menyambar tombol, dan siaga mendengar berondongan pertanyaan. Suasana mencekam.

Luar biasa! Tanpa ada kesangsian, tanpa membuat catatan apa pun, kurang dari 5 detik, tanpa membuat kesalahan sedikit pun, dan nyaris tanpa berkedip. Sementara parapeserta lain terpana dan berkecil hati. Lintang menjawab kontan, bahkan ketika mereka belum selesai menulis soal itu dalam kertas catatan yang disediakan panitia. Ratusan penonton terkagum-kagum. Warga Muhammadiyah di ruangan itu berjingkrak-jingkrak sambil saling memeluk pundak.

Sekali lagi suporter kami bergemuruh jumpalitan, tapi tiba-tiba seseorang di antara penonton menyela. Seluruh hadirin sontak diam dan melihat ke arah seorang pemuda yang kecewa. Drs. Zulfikar, guru fisika teladan dari sekolah PN. Mudah-mudahan Lintang punya argumentasi. Kalau tidak kami akan habis di sini. Aku membatin dengan cemas tapi tak tahu akan berbuat apa. Bantahannya yang terkhir itu adalah pelecehan. Lintang, yang baru sekali ini menginjak Tanjong Pandan, berdiri dengan gagah berani menghadapi guru PN yang arogan jebolan perguruan tinggi terkemuka itu.

Drs. Zulfikar terperangah, penonton tersesat dalam teori fisika optik, sekadar mengangguk sedikit saja sudah tak sanggup. Sang Drs. terkulai lemas, wajahnya pucat pasi. Ia kehabisan kata-kata pintar, kacamata minusnya merosot layu di batang hidungnya yang bengkok.

Keinginan kuat itu juga memunculkan kemampuan besar yang tersembunyi dan keajaiban di luar perkiraan. Ketika Lintang mengangkat tinggi-tinggi trofi besar kemenangan. Di sebuah tempat duduk yang besar, ibu Frischa berkipas-kipas kegerahan, wajahnya menunjukkan sebuah ekspresi seolah saat itu dia sedang tidak duduk di situ.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun