Mohon tunggu...
Azkiyatun Danifatussunah
Azkiyatun Danifatussunah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

You Can Get Used To It !!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Novel "Laskar Pelangi"

29 Desember 2020   08:22 Diperbarui: 29 Desember 2020   08:41 2343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu juga dengan bukunya, juga keliru. Buku bersampul biru tua bergaris tiga. Hal yang tak akan pernah ku lupakan, bahwa pagi itu aku menyaksikan anak pesisir melarat teman sebangku memegang pensil dan buku.

Bab 3

Inisiasi

Sekolah kami memiliki enam kelas yang kecil. Pagi untuk SD Muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiyah. Sekolah kami kekurangan guru, bahkan siswa yang datang ke SD Muhammadiyah menggunakan sandal dan juga tidak punya seragam, serta kotak P3K pun tidak punya. Ketika salah satu dari kami sakit, guru kami akan memberikan obat yang bertuliskan APC.

Sekolah kami tidak ada yang menjaga karena tidak ada benda berharga yang layak untuk dicuri. Ketika malam tiba sekolah kami dipakai untuk menyimpan hewan ternak, atapnya bocor, berdinding papan dan juga berlantai tanah. Jika dilihat dari kejauhan sekolah kami akan roboh karena tiang-tiang kayu yang sudah tua.

Pak Harfan bercerita tentang Nabi Nuh serta pasangan-pasangan binatang yang selamat dari banjir, Perang Badar dan juga Zubair bin Awam. Tetapi Pak Harfan harus mohon diri, satu jam dengannya terasa satu menit. Kami mengikuti setiap inci langkahnya ketika meninggalkan kelas.

Kelas diambil alih oleh Bu Mus. Acaranya yaitu perkenalan dan pada akhirnya tiba pada giliran A Kiong. Tangisannya telah reda tapi masih terisak. Ketika diminta kedepan ia senangnya bukan main.Ketika Bu Mus mempersilakan perkenalan nama dan alamat rumahnya, A Kiong menatap Bu Mus dengan ragu dan kemudian tersenyum.

Bapaknya menyeruak diantara kerumunan orang tua lainnya. Namun, meskipun berulang kali A Kiong ditanya tidak menjawab sepatah kata pun. Ia terus tersenyum dan hanya tersenyum. Ketika Bu Mus mempersilakan sekali lagi. Namun, A Kiong hanya menjawabnya dengan kembali tersenyum.ia berkali-kali melirik pada bapaknya. Namun sampai waktu akan berakhir pun A Kiong masih saja tersenyum. Sampai-sampai Bu Mus membujuknya lagi.

A Kiong malah semakin senang. Ia masih sama sekali tidak menjawab. Ia tersenyum lebar, matanya yang sipit menghilang. Maka berakhirlah perkenalan di bulan Februari yang mengesankan itu.

Bab 4

Perempuan-Perempuan Perkasa

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun