Mohon tunggu...
Azkiyatun Danifatussunah
Azkiyatun Danifatussunah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

You Can Get Used To It !!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Novel "Laskar Pelangi"

29 Desember 2020   08:22 Diperbarui: 29 Desember 2020   08:41 2343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rencana B

Rencana A adalah mengerahkan segenap sumber daya untuk mengembangkan minat dan kemampuan utama, dalam kasusku berarti bulu tangkis dan menulis. Setelah tahap pengembangan itu selesai lalu bergerak pelan tapi pasti menuju tahap profesionalisme dan tahap aktualisasi diri, yaitu menggebrak secara memesona di hadapan publik sebagai yang terbaik. Kemudian akhir dari semua usaha dan terencana itu adalah mendapat pengakuan kejayaan prestasi. Sebuah rencana yang sangat indah. Setiap kali membaca rencana A, aku mengalami kesulitan untuk tidur.

Rencana A sesungguhnya adalah cita-cita. Dan aku senang sekali memiliki cita-cita atau arah masa depan yang sangat jelas, yaitu menjadi pemain bulu tangkis yang berprestasi dan menjadi penulis berbobot. Jika mungkin sekaligus kedua-duanya, jika tidak mungkin salah satunya saja, dan jika tidak tercapai kedua-duanya, jadi apa saja asal jangan jadi pegawai pos.

Rencana alternatif itu disebut juga rencana B. Rencana B dibuat jika rencana A gagal. Rencana B-ku ini sangat istimewa karena aku tidak perlu meninggalkan rencana A. Aku menghabiskan sekian banyak waktu untu membuat rencana B ini agar sebaik rencana A, yaitu sampai tahap-tahap yang paling teknis dan operasional. Oleh karena itu, aku telah punya ancang-ancang judul bukuku, seluruhnya ada tiga yaitu TATA CARA BERMAIN BULU TANGKIS, FAEDAH BULU TANGKIS, atau BULU TANGKIS UNTUK PERGAULAN.

Rencana B ini kuanggap sangat rasional karena aku telah melihat bagaimana pengaruh bulu tangkis pada orang-orang Melayu pedalaman. Buku itu akan ditulis setelah melalui riset yang serius dan melibatkan studi literatur serta wawancara yang luas.

Bab 26

Be There or Be Damned!

Mahar sudah berbelok ke jalan gelap dunia hitam, ia harus segera disadarkan. Pelajaran praktik olahraga yang sangat kami sukai dibatalkan. Semuanya harus masuk kelas dalam rangka menghakimi Mahar dan mengembalikannya ke jalan yang lurus. Mahar menunduk. Ia pemuda yang tampan, pintar, berseni, tapi keras pendiriannya. Suasana menjadi tegang. Kami harap Mahar segera minta maaf dan menyatakan pertobatan tapi sungguh sial, ia malah menjawab dengan nada bantahan. Wajah Mahar aneh. Ia sangat menyesal dan merasa bersalah tapi di sisi lain yakin bahwa ia sedang mempertahankan sebuah argumen yang benar.

Tiba-tiba terdengar assalamu'alaikum. Bu Mus menjwab dan mempersilakan masuk kepala sekolah kami, seorang bapak berwajah penting, dan seorang anak perempuan tampil seperti laki-laki. Anak itu berpostur tinggi, ia seperti sekeping papan. Sepatunya bot yang mahal dan itu adalah sepatu laki-laki. Kaus kakinya lucu, berwarna-warni meriah berlapis-lapis. Ia jelas bukan orang Muhammadiyah karena semua wanita Muhammadiyah berjilbab. Ia memakai rok besar bermotif kotak-kotak besar merah. Rambutnya pendek, kulitnya putih bersih sangat halus, dan wajahnya cantik.

Orang penting itu menggaruk-garuk kepalanya. Nada bicaranya jelas sekali seperti orang yang kehabisan akal mengatasi anaknya itu. Kami semua termasuk kepala sekolah tersipu menahan tawa. Bu Mus yang baru saja marah juga tersenyum. Sebuah pemandangan yang tak biasa. Jika diamati dengan seksama, di balik kedua matanya yang gelap coklat tersembunyi kebaikan yang sangat besar.

Flo dipersilakan duduk dengan Sahara oleh Bu Mus. Sahara senang karena selama sembilan tahun hanya ia satu-satunya wanita di kelas kami. Tapi di luar dugaan ternyata Flo tak beranjak. Trapani kebingungan karena dia sudah sembilan tahun terbiasa duduk sebangku dengan Mahar dan Bu Mus harus mengambil keputusan yang sulit. Flo menghambur ke kursi bekas Trapani di samping Mahar.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun