Genggaman tangan itu rupanya genggaman tangan penguatan dari Randy buat Sita. Sita salah duga.
Sita menangis pelan tersendat-sendat. Randy termangu menatap Sita.
Sedetik kemudian, Randy memeluk Sita, Sita berusaha melepas pelukan itu. Randy memeluk paksa Sita. Sita menyerah. Sita meluapkan tangisnya dalam dekapan Randy. Randy menguatkan pelukannya sambil mengelus kepala Sita.
Randy berbisik, “Sit, gue percaya elo bisa dapat cowok yang lebih sempurna dari gue. Elo itu cantik Sit, selalu ceria dan berani. Jarang ada cewek kayak elo Sit”.
Sita masih menangis, awalnya tidak mau di peluk Randy. Kini Sita tak mau melepas pelukan itu, kemudian Sita melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Randy, melanjutkan tangisnya yang pecah di dada Randy. Selama ini Sita mengidamkan memeluk Randy, tapi tidak pelukan tangis seperti ini.
Hampir sepuluh menit Sita menangis dalam pelukan Randy, bintang dan bulan berdenyut dalam kesenduan. Kemudian Randy memegang bahu Sita, mensejajarkan tatapan matanya dengan Sita.
“Sit, gue masih teman elo Sit. Maaf Sita, maaf kalau yang gue sampein barusan nyakitin perasaan elo. Tapi gue harus jujur Sit, gue nggak mau nyakitin elo di kemudian hari. Gue percaya elo bakal dapat cowok yang lebih sempurna Sit”
Setelah mengucapkan kalimat itu, Randy mencium kening Sita, ciuman sayang seorang teman bukan ciuman sayang antara laki-laki dan perempuan.
Sita melanjutkan tangisnya kembali tanpa berkata-kata.
-----
Liburan di Yogya masih tersisa satu hari lagi. Pagi itu Sita mendadak pulang balik ke Jakarta. Dina paham apa yang terjadi semalam, Randy juga paham, rombongan yang lain tidak mengerti.