"Hahaha, tukang bawel, preman bisa jatuh juga ya? Hahaha"
"SIAALL LUE REIKKK"
"Sit, gue balik ke gelanggang dulu ya, yang pada main basket gemesin soalnya daripada lihat cowok di kantin, garing kering nggak ada gizi", Tuti berujar dengan centil.
"Kutuu lue Tut", Reikhi nyinyir.
"Awas yee, jangan ganggu my Randy, dia paten guee", ancam Sita sambil mengepalkan tangan ke arah Tuti.
Tuti berkata lirih yang hanya didengar dia sendiri, "amit-amit dah nih Sita, cewek jadi-jadian beneran". Tuti melenggang pergi tanpa menoleh lagi ke belakang.
"Reik, bagi nasi gorengnya dong", pinta Sita, langsung membajak piring nasgor tanpa persetujuan sang empunya.
"Eehh, elo tuh ya, itu bukan minta, MALAK NAMANYA"
"Bodo ah, laper gue, kalo laper bisa pingsan. Emang elo kuat gitu ngangkat gue kalo pingsan"
"Gue emang nggak kuat ngangkat elo, palingan ntar gue tendang kayak gobak sodor kan menggelinding tuh"
"Dasar, cowok lemah. Cowok tuh kayak Randy. Badannya kekar, dadanya bidang, otot-ototnya menonjol keras, rambut mohak, bibir lebar, hidung mancung, kulit bersih. Lakii banget dah"