"RANDY RANDDY RANDYY, CUMANGAADD EAAA, CUMANGAAD EEAAA, RANDA YESS, RANDDYY YESSSS RENDY OYEEEE, OYEEEE"
Semangat berlebih, energi yang terlalu berlimpah, kaki Sita tak sengaja terselip menyilang sendiri dan bruukkkk.
Sita terjatuh, Megaphone super menemui ajalnya, pecah berantakan. Megaphone super tak kuasa menahan kebawelan Sita, juga takluk dengan beban tubuh Sita. Megaphone meringis kesakitan, tubuhnya tercerai berai.
Percayalah, sesuatu yang diawali dengan niat buruk akan memperoleh karma buruk.
Begitu juga Sita, karma buruk mengelabui Pak Rudi terjadi dalam waktu yang tak lama.
Beberapa suporter membantu Sita berdiri sementara Randy acuh, melanjutkan permainan.
"Aduhh, kayaknya keseleo nih kaki. YACHH (melongo), si Toa kok ikut-ikutan babak belur sih?”, mata Sita nanar bukan karena keseleo tapi karena miris melihat si megaphone toa.
“Antar gue ke kantin dong", pinta Sita ke Tuti.
"Lho, nggak ke poli kampus aja, mungkin ada tukang pijat di situ untuk ngurut kaki elo"
"Poli kampus mana ada tukang pijat, dodol banget sih elo. Udah anter gue ke kantin aja", geram Sita.
"Laper ya, mo makan ya Sit?"