Sementara itu, Ni Sariah sedang mengobrol di samping rumah dengan tetangganya. Sambil mencabuti rumput.
"Ada jamur, Mbah!" kata Pak Asep. Sambil menunjuk segerombolan jamur di bawah pohon pepaya.Â
"Apa enak disayur?" tanya Ni Sariah.Â
"Enaklah! Kelihatan kok dagingnya gemuk begitu," timpalnya.Â
Segerombolan jamur berwarna putih kekuning-kuningan dicabut oleh Pak Asep kemudian diserahkan kepadanya Ni Sariah.Â
Ni Sariah pulang membawa segenggam jamur. Niatnya untuk disayur sebagai menu berbuka puasa. Padahal menantu perempuannya sudah memasak menu bukaan.Â
Segenggam jamur yang dibawanya diletakkan di atas meja. Ni Sariah mengambil wadah untuk menyiangi jamur-jamur tersebut.Â
"Ada jamur, nih! Tolong disayur ya, Laras!" pintanya bersemangat sambil membersihkan jamur dari sisa-sisa tanah yang menempel di batang jamur.Â
Larasati tersenyum. Dia penasaran dengan jamur yang dibawa pulang oleh ibu mertuanya. Perempuan itu memeriksa jamur tersebut.Â
"Astaghfirullah! Ini jamur racun, Bu. Tidak bisa disayur!" serunya.Â
"Racun?"Â