Mohon tunggu...
Tar Tibun
Tar Tibun Mohon Tunggu... Guru - Penulis Pemula

Sedang menjalani kehidupan terbawah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Hati Sampai Mati

8 Agustus 2023   07:09 Diperbarui: 8 Agustus 2023   07:16 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kalimantan, 24 Oktober 2006

Pukul 05.40 pagi, Ki Nanang dan Ni Sariah selesai dikebumikan. Makam keduanya saling berdampingan. 

Suara takbiran menggema di mana-mana menyambut hari raya dengan penuh sukacita. Namun, tidak dengan Larasati. Dirinya berkabung duka. Melepas kepergian kedua mertuanya. 

Di tanah merah ini. Dia menyaksikan kedua jasad mertuanya terkubur di dalam sana. 

Setelah memakamkan Ki Sariah dan Ki Nanang. Orang-orang bergegas melaksanakan salat Idul Fitri.

Selesai salat Idul Fitri. Sebuah mobil membawa Muslih dan kedua anaknya. Sesampainya di depan rumah, mereka disambut tangisan pilu oleh Larasati. Berapa orang masih memenuhi di kediaman Larasati. Pun turut menangis.

Hati Muslih terpukul bagai godam menghancurkan jantung dan hatinya. Dunianya luluh lantah. Tubuhnya pun jatuh tak berdaya di lantai. 

Beribu penyesalan telah menyelimuti hatinya. Menyesal karena belum membahagiakan keduanya. 

Selamat jalan Ki Nanang dan Ni Sariah. Semoga tenang di alam sana.

Tamat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun