Senin, 9 Mei 1994
Lagi-lagi tidak ada kuliah. Tidak ada pemberitahuan dari Mbak Melly (Magdalia Alpian) soal Sejarah Amerika. Katanya ada ujian skripsi.
Akhirnya belajar di perpustakaan. Membaca skripsi Lilian Issusianti (Sejarah 80) tentang PERMI (1930-1937). Ada kata-kata menarik dalam pengantar skripsinya:
"Pandanglah hari ini, sebab inilah hidup, hidup yang benar-benar hidup. Dalam jangkanya yang pendek ini terletak semua kebenaran serta kenyataan eksistensimu -- kebahagiaan pertumbuhanmu, kemuliaan perbuatanmu, kemegahan karyamu. Sebab kemaren hanyalah mimpi dan besok hanyalah bayangan, tapi hari ini sungguh ada dan membuat kemaren jadi mimpi bahagia dan besok jadi bayangan yang berpengharapan. Oleh karena itu, pandanglah hari ini. Inilah salam kepada fajar."
Membicarakan rencana ulangtahun Elsye, aku dan Agung Pribadi di rumah Fana. Tapi aku malu karena tidak punya uang. Mereka sangat baik, namun aku belum bisa meyakinkan diriku.
Di Senat, ketemu Agus W. Suratku membawa perubahan.
"Kalau elu diminta jadi Ketua KOPMA FSUI, elu bisa?" tanya Agus.
Kukatakan kesanggupanku. Agus kudorong jadi Ketua SM FSUI, nyatanya Isa (Alamsyah) yang maju. Isa lebih bisa diterima ketimbang Agus, kupikir.
Aku juga bicara soal Kamal dengan Halomoan dan Yunadi Ramlan. Aku telanjur menilai kebimbangan Kamal karena kepentingan hijau. Padahal, Halomoan Kristen.
"Gua nasionalis," kataku. Memberi saran Halomoan memfokuskan studinya dalam semester awal ini.
Makan bersama Fadli Zon dan Agus W. Diteriaki sebagai intel oleh Mangku. Ketemu Subuh dan bicara soal pembuatan buku hasil-hasil SNAM. Aku, Syamsul Hadi, Syafuan Rozi dan Fadli sebagai redaksi/editor, sedang Subuh sebagai sekretaris redaksi.