Adi menulis skripsi tentang Marinir Indonesia yang secara hukum baru lahir tahun 1950-an, sebagai satu kesatuan komando yang pertama. Skripsinya menimbulkan pro-kontra di kalangan ABRI, termasuk KASAL dan PANGAB. Pengalamannya belajar di luar negeri selama kurang dari 1 tahun telah membuka cakrawala berpikir Adi. Kecintaannya pada sejarah justru dimotivasi oleh cara-cara dosen di sana dalam mengajarkan sejarah pada mahasiswa: metode permainan tentara-tentaraan (Revolusi Amerika dan perang Napoleon). Â
"Kalau ada 10 orang yang berpikir seperti elu, maka akan ada perubahan di UI, asal mau mendialogkan dengan mahasiswa lain," kataku.
"Tidak perlu 10. Satu orangpun cukup. Gua akan lulus dan yang pertama kali gua lakukan adalah bagaimana gua survive. Untuk di kampus ini, elulah orang yang paling tepat untuk meralisasikannya," katanya, diplomatis. Namun, ada keseriusan dalam nada bicaranya.
Kemunculan Winny (si 'Cemplon') mengalihkan subjek pembicaraan ke soal-soal yang berhubungan dengan gadis cantik ini, yakni pacarnya. Anggapanku, pacarnya sudah sangat dewasa dan menggambarkan tipikal seorang lelaki ideal. Bertanggungjawab, namun demokratis.
"Gua ini pakarnya masalah wanita, ketemu orang yang polos seperti elu. Ya, .....berantakanlah," kata pacarnya yang dikutip Winny.
"Lelaki akan menemukan kemantapan setelah kawin, wanita justru sebaliknya," kata Adi, mengutip pepatah Perancis.
Disamperin Kamal, masalah SM FSUI dan SMUI. Zul menang mutlak, kecuali di FT. Begitupun Eman, kecuali di FK (kalah 4 suara).
***
Merayakan ulang tahun Subuh dengan Fadli, Grace (pacar Fadli) dan Subuh sendiri, juga di Kansas. Sayang, Bagus tidak datang karena rapat di Pusgiwa. Sangat akrab, walau ada yang kurang: Lulu (pacar Subuh) dan pacarku. Aku diledekin habis-habisan.
"Gua orang bebas," kataku.
"Ya, orang bebas yang matanya mencari kemana-mana," sambung Fadli. Aku meledek Subuh yang "Sudah pantas kawin" atau Fadli yang kena imbas Subuh.