Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan Harian Mei 1994

5 Februari 2022   03:20 Diperbarui: 5 Februari 2022   04:45 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Selama ini kita tidak ada masalah, koq," katanya.

Di Pusgiwa, pukul 14.00, rapat soal Program Kerja KSM UI. Didahului dengan presentasi Alex Antariksa soal "Penelitian Sosial" dan Yuliansyah soal "Tanggungjawab Sosial Industri Kesehatan".

Ternyata ada semacam kolusi antara dokter dengan industri farmasi soal biaya pengobatan. "Dokter sering memberikan resep untuk memakai obat-obat mahal, padahal ada obat yang lebih murah dengan khasiat sama!" Konsumen sering dirugikan karena ketidaktahuannya, bukti kelemahan YLKI atau IDI.

Pulang pukul 19.00. Rencana mau nonton di Pasar Minggu, tapi karena filmnya jelek, aku pulang.

Sampai malam nonton RCTI. Kisah memilukan di tengah kekuatan mata seorang bocah perempuan yang bisa membakar mobil, orang dan gedung. Dia selalu merasa berdosa melakukan kesalahan yang membuat orang lain menderita atau membunuh mereka. Namun, kematian dan kata-kata ayahnya untuk "memusnahkan semuanya", yaitu lembaga riset yang memakai mereka sebagai kelinci percobaan (eksperimen), telah membuatnya kalap dan menghancurkan gedung dan orang-orang intelek tersebut.

"Just for you, my father!" katanya, sambil berlinangan air menyaksikan kematian, kebakaran dan kehancuran di depannya.

Cinta telah membawa manusia pada perbuatan yang bertentangan dengan hati nuraninya. Kesucian cinta, kadang-kadang mengerikan jika dimanifestasikan dalam bentuk berbeda. 


Minggu, 8 Mei 1994

Sebetulnya, aku punya rencana untuk menyelesaikan sebagian tugas-tugas kuliah. Tapi, tanggungjawab moralku mengharuskan untuk mengantarkan Etek Ida ke terminal Tanah Abang untuk kepulangannya.

Paginya menulis surat untuk ayah-amak tentang berbagai hal: kuliahku, pernikahan Tuan Ismed, pendidikan adik-adikku, rencana kedatangan Buyun di Jakarta dan ....calon istriku. Kalau aku menikah dengan gadis diluar Minang, setidaknya sedikit melegakan pihak yang bersaing karena sama-sama "buluih". Entahlah. Mungkin juga sebaliknya, makin memusuhiku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun