Aku berusaha meyakinkan mereka, antara lain dengan mengajukan program kerja yang bisa dilakukan oleh pengurus SKS masa mendatang. Akhirnya, diputuskan 2 calon Ketua SKS: aku dan Agus Sofyan. Dengan berbagai pertimbangan -- antara lain (1) Aku lebih tahu konsep tentang SKS, (2) Kedekatanku dengan Kamal, (3) Preseden buruk Angkatan 92 terhadap Agus, (4) Kemungkinan bahwa aku akan lebih didukung Angkatan 92, dan lain-lainnya-- maka aku dipilih sebagai calon Angkatan 91 untuk Ketua SKS. Menurut pengamatan Bondan, 91 akan menang, siapapun yang mengajukan calon.
Dicapai kesepakatan bahwa kalau ada kebijakanku yang dinilai merugikan Angkatan 91, maka mereka secara terbuka akan mengkritikku dalam pertemuan Angkatan.
"Bagiku, kritik adalah vitamin," kataku.
Masih ada 2 masalah lain (1) Dicalonkannya aku sebagai Ketua Kopma FSUI dan (2) Cara menghadapi Angkatan 93 yang bukan anggota SKS. Keduanya menunggu perkembangan keadaan.
Â
Kamis, 12 Mei 1994
Sistem pendidikan nasional, di samping berhasil memberikan kesejajaran pengetahuan pada masyarakat Indonesia, di sisi lain, ternyata secara perlahan mengikis tradisi pendidikan lokal yang secara empiris sudah terbukti menghasilkan lulusan-lulusan terbaik bagi kemajuan bangsa, sejak zaman awal kemerdekaan.
Tulisan ini akan kukembangkan dalam kesempatan lain. Aku mulai concern dengan masalah pendidikan.
Jum'at, 13 Mei 1994
Sistem seminar yang diperkenalkan oleh Mbak Wardiningsih dalam kuliah Historiografi Umum belum berlangsung secara efektif disebabkan oleh 3 hal:
Ketidak-siapan mahasiswa, baik secara psikologis, pengetahuan ataupun kesulitan bahan-bahan yang berbahasa Inggris.