Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan Harian Mei 1994

5 Februari 2022   03:20 Diperbarui: 5 Februari 2022   04:45 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedangkan kemampuan penalaran (logika) akan kuasah di KSM UI dan formalitas keilmuan (sejarah) akan kutempa di SKS. Aku yakin, bisa membagi waktu. Apalagi, aku tidak maksimal dalam 1 tahun yang lalu. Krisis keuangan akan kucoba atasi dengan mengirim tulisan-tulisan ke surat kabar.

Senin, 30 Mei 1994

Semalam kondangan Wati dan Dedy dan terpaksa minta duit pada Tuan Ismet Rp. 2.000,- Aku benar-benar tidak enak hati.

Dicegat Subuh di FISIP dan makan di balsem. Subuh sudah mengalami fase yang sangat penting dalam dirinya, yaitu fase religius. Terhadap suatu persoalan atau suatu kehidupan yang dilihatnya, dikembalikan dengan doa kepada Allah SWT. Satu obsesinya adalah membantu rakyat yang cacat dan telantar. Tujuan hidup yang mulia. Sedangkan aku, mempunyai obsesi untuk mendirikan perpustakaan bagi masyarakat. Kesadaran masyarakat harus ditumbuhkan melalui bahan bacaan.

Bicara soal SMUI. Ternyata Subuh serius dengan isian pilihannya pada formulir, yakni Sekum SMUI. Maksudnya untuk mengkritik kebijakan dan putusan Zul yang menyalahi mekanisme, konvensi dan prosedur. Reaksi Zul? "Merah mukanya!" katanya.

Menerima surat dari Yanti, siswi SMAN Padang Panjang, soal kiat-kiat menghadapi UMPTN. Aku menyayangkan keterlambatannya mengirim surat padaku. Tapi lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali.

Ketemu Ema di Perpus dan hanya bicara soal salam Gatot. Dia mau ujian, dan kelihatan sibuk dengan dirinya.

Diskusi Seminar Wanita tidak efektif dan kurang terarah. Perdebatannya berlangsung monoton, hingga membosankan. Hanya Amir, aku, Musa dan Elsye yang aktif. Amat melelahkan, dari pukul 11.00 s/d 15.00. Pulangnya ke (Toko Buku) Graffiti, membeli pulpen (yang dipakai untuk menulis buku harian) ini, buku tentang negosiasi karangan Samfrits le Poole, kertas HVS. Duitnya kuperoleh dari Subuh, Rp. 100.000,- Separo akan kugunakan untuk bayar utang pada Tuanku Kuniang di kampung.

***

Lingkungan kosku benar-benar neraka. Aku memang sudah bulat untuk pindah. Sampai pukul 02.00 dinihari menulis soal "Humaniora sebagai Alternatif Pendidikan Generasi Muda". 

Selasa, 31 Mei 1994

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun