Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan Harian Mei 1994

5 Februari 2022   03:20 Diperbarui: 5 Februari 2022   04:45 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harapan Pak Umar Mansyur (Purek III) terhadap KSM sangat besar: sebagai think tank SMUI, pelopor perubahan, pemicu semangat intelektual mahasiswa, dan lain-lainnya.

Dia masih murni sebagai seorang ilmuwan, belum birokrat.

"Apakah dia masih bisa bicara seperti itu, jika sudah lama di kursi PR III UI?

Katanya, masih. Orientasinya sudah jelas: keilmuan (research university), bukan politik praktis. Antara lain, mengundang tokoh-tokoh kontraversial untuk bicara secara ilmiah, dengan tidak mengundang pers, serta jaminan untuk KSM mendengarkan ceramah ilmiah, dan lain-lainnya. Prospek KSM baik di UI!

***

Ide-ideku sering muncul setelah membaca buku dan menghubungkannya dengan pengamatanku dan pendapat-pendapat lain yang pernah masuk ke kepalaku. Namun, seringkali aku belum bisa menangkap keseluruhan isi buku atau artikel koran, dalam satu paragraf. Aku biasanya terpengaruh untuk tidak menyelesaikan buku-buku yang kubaca, karena alasan kesibukanku. Aku perlu waktu khusus untuk membaca.

Sabtu, 7 Mei 1994

Pagi mengetik tulisan (opini) untuk Wida Septarina (Rusia 91). Aku ternyata bisa dan mendapatkan kepercayaan diri yang kuat, apalagi jika dimuat.

Pukul 10.00 ke Sastra, setelah mengambil foto-foto di Foto Plaza. Bicara dengan Bodi Poernomo dan Nelwandi di Kansas. Dalam suasana seperti ini, kami menjadi begitu terbuka dan saling bertukar pikiran. Bodi makin mantap dengan Studi Jepangnya dan teman-temannya di Sumitmas dan Jurusan Sastra Jepang. Aku dipandang punya modal di organisasi yang sedikit digeluti mahasiswa. Perbedaan karakteristik dan pemahaman atas kelebihan-kekurangan masing-masing individu mengakrabkan kami.

Hanya Nelwandi yang belum matang, karena ketidak-konsistenannya di Jurusan Sejarah. Dia terlalu terpengaruh pada keluarga dan teman-temannya yang memandang Sejarah sebelah mata. Padahal, secara ekonomi, dia tidak punya masalah, seperti halnya aku dengan Bodi. Aku dan Bodi berusaha membangkitkan lagi semangat hidupnya dan kepercayaan dirinya selaku mahasiswa UI. Mudah-mudahan dia mendapatkan sesuatu dari pembicaraan kami. Sampai pukul 13.00 di Warteg.

Di Senat memberikan surat buat Agus Widiarto. Aku ingin memperbaki hubungan dengannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun