Mohon tunggu...
Rahma Nadia
Rahma Nadia Mohon Tunggu... Akuntan - tpwk

treat people with kidness

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

(Bukan) Reinkarnasi

6 Februari 2021   11:31 Diperbarui: 6 Februari 2021   11:40 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sa! Kok kamu bisa ada di peringkat segitu?" wajah khawatir dan terkejut Aiqal sangat kentara bagi Alissa. Alissa sendiri hanya menggeleng, tidak tahu apa yang harus dijelaskan kepada Aiqal dan ibunya nanti.

"Sa. Hari ini kamu nggak usah pulang ke rumah dulu. Kalau mau kamu boleh nginap di rumahku," tatapannya begitu meyakinkan. Tapi Alissa tidak akan menghindari ibunya seperti itu. Walaupun sebenarnya ia takut. "Nggak usah Qal, aku nggak apa-apa kok."  

"Nggak apa-apa gimana? Nanti kalau tante-" Alissa segera memotong ucapan Aiqal. "Qal! Aku nggak apa-apa. Aku, aku udah biasa sama Mama. Aku ada di peringkat tiga aja Mama masih marahin aku, jadi nggak salah kalau Mama akan marah lagi saat tau aku ada di peringkat ke sepuluh." Aiqal hanya bsia menghela nafasnya. Percuma juga ia memberi saran pada sahabatnya yang keras kepala ini.

"Yaudah kalau itu mau kamu. Tapi kalau Tante Nadia nyakitin kamu lagi, kamu harus bilang sama aku. Kalau kamu berubah pikiran mau nginap juga nggak masalah," Alissa tersenyum dan mengangguk untuk menanggapinya.

...

"Apa yang kamu lakukan?! Bisa-bisanya kamu buat Mama malu! Kalau kamu terus mendapat peringkat seperti itu, bisa-bisa reputasi Mama menjadi buruk di pandangan orang lain. Apa perlu sekarang Mama daftarin kamu les?" murka ibunya. Sekitar jam delapan malam ibunya pulang dan langsung masuk kedalam kamar sang anak.

Alissa yang sedang duduk di depan meja belajarnya terkejut mendapat tamparan tiba-tiba dari ibunya. Terlihat sekali kalau ibunya itu sangat marah padanya, tatapannya begitu tajam, seperti ada api di dalam matanya. Alissa yang mendapat perlakuan seperti itu pun segera meminta maaf dan berusaha menjelaskan kepada ibunya. Namun, sang ibu malah menjambak rambutnya dengan tangan kanan yang mengapit kedua pipi Alissa.

"Maaf, Ma. Sakit, Alissa janji-" belum sempat menyelesaikan ucapannya, ibunya kembali mengeraskan jambakannya. Membuat Alissa meringis pelan. "Nggak usah janji-janji! Kamu buktikan. Mama gak akan segan-segan melakukan hal yang lebih dari ini supaya kamu bisa mendapatkan peringkat tiga besar lagi. Ingat itu!"

Setelah ibunya pergi, Alissa menangis dan terduduk di kasurnya. Kepalanya sangat pusing akibat jambakan tadi, dan pipinya terasa ngilu karena cengkrama ibunya yang begitu kuat. Alissa bingung. Sekeras apapun ia belajar, ia tidak akan bisa seperti Alissa. Karena IQ mereka berbeda. Alissa dan Maura, berbeda. Ternyata menjadi Alissa langsung sangat menyakitkan dibanding dengan hanya membaca apa yang dialami Alissa di dalam novel. Ia berpikir, mengapa ruh nya harus masuk kedalam tokoh novel ini. Seharusnya kini ia berada di surga, atau mungkin di neraka.

Cukup lama Alissa bergelut dengan pikirannya sendiri. Tanpa disadarinya, ponselnya sudah berbunyi sedari tadi. Melihat siapa nama yang menelponnya, ia segera mengangkatnya.

"Sa? Kamu, baik-baik aja?" hanya terdengar gumaman di seberang telepon sana. Oke, tidak seharusnya Aiqal bertanya seperti itu. Karena ia sudah tahu jawabannya.

"Aku ke rumah kamu ya?" dengan cepat Alissa melarang Aiqal. "Nggak usah, aku mau tidur."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun