Baru beberapa langkah, Aiqal sudah ambruk ditempatnya. Dengan segera ia membawa Aiqal ke UKS. Menurut dokter yang sedang bertugas di UKS, Aiqal harus ditangani si rumah sakit. Pihak sekolah pun langsung menghubungi keluarga Aiqal dan membawa Aiqal ke rumah sakit. Alissa yang begitu mengkhawatirkan sahabatnya itu lantas memaksa untuk ikut ke rumah sakit.
...
"Alissa ..."
"Tante," kedua perempuan itu saling memeluk dengan air mata Alissa yang telur mengalir sejak dari tadi.
"Apa yang terjadi sama Aiqal?" suara bariton dari ayah Aiqal membuat Alissa melepaskan pelukannya. "Alissa sama Aiqal-"
Suara dokter menghentikan ucapan Alissa. "Keluarga pasien?"
"Iya, kami orang tuanya," ucap ayah Aiqal. "Anak kami kenapa dok?" Kentara sekali bahwa ibunya Aiqal begitu mengkhawatirkan anaknya.
"Sudah berapa kali pasien mengalami mimisan?"pertanyaan itu membuat kedua orang tua Aiqal saling berpandangan. Alissa sendiri yang beberapa kali pernah melihat Aiqal mimisan tidak berani mengatakannya.Â
"Ekhm, kami ... Kami tidak pernah melihat Aiqal mimisan sebelumnya."
Dokter mengangguk paham. "Berdasarkan hasil pemeriksaan, pasien mengalami leukimia kronis."
DUAR!!Â
Bagai disambar petir. Jantungnya seperti berhenti berdetak, tubuhnya melemas seketika, dan waktu terasa begitu lambat. Bukan hanya Alissa, tapi juga kedua orang tua ini merasakannya.