"Rencana Tuhan emang nggak ada yang salah. Kalaupun menurut kita itu nggak adil, tapi menurutNya itu yang terbaik."
"Menurut kamu, Alissa akan senang nggak ya?" Alissa menoleh ke arah lengannya. Disana terlihat Aiqal baru saja mengaitkan jari-jari mereka.
"Pasti," senyuman terukir diwajahnya. Menampilkan lesung pipi yang sangat menggemaskan bagi Alissa.
"Sa, mau makan apa?" keduanya masih terus berbincang-bincang sambil menyusuri setiap sudut kota.
"Makan di rumah aja."
"Kamu yang masak?" sudah lama rasanya Alissa tidak memasak untuk dirinya. Terakhir adalah dua hari yang lalu. Sebentar, tapi menurut Aiqal itu lama.
"Mie instan, mau?" Lelaki itu menghentikan langkahnya. "Nggak mau. Kita makan di sebrang aja," putusnya.
Aiqal segera menuntun Alissa menyebrangi jalanan. Dilihatnya kanan dan kiri tidak ada kendaraan, hanya ada beberapa yang sedang melaju dengan kecepatan biasa.
Alissa yang melihat kesempatan itupun menggunakannya untuk melepas genggamannya pada lengan Aiqal dan segera kembali ke tempat semula.
"Alissa!" Aiqal menyadarinya saat hampir sampai. "Sebentar! Dompet aku jatuh."
Aiqal kembali menghampiri Alissa. Tanpa melihat kanan dan kiri, ia menyebrang begitu saja. Sampai akhirnya ia melihat Alissa berlari kearahnya, mendorongnya, dan membuatnya terpental dari tempat itu.