"Iya ... Sebelumnya aku membaca cerita ini di aplikasi Wattpad. Dan ternyata penulis memilih untuk tidak menyelesaikan ceritanya. Dia ingin langsung menerbitkan ceritanya agar semua pembacanya merasa penasaran dan membeli karyanya."
Aiqal mengangguk. Ia melihat perubahan pada raut wajah Alissa. "Kamu ... Pasti ingin kembali, kan?" Alissa mengangguk lemah. "Tentu. Kira-kira sampai kapan ya, aku berada di sini?"
"Kamu sendiri akan bertahan sampai kapan hidup sebagai Alissa?" lagi-lagi lelaki itu membuatnya berpikir. Padahal baru saja ia melewati masa-masa tersulitnya. Sampai akhirnya ia bisa mendamaikan Alissa dengan ibunya. Tapi, apakah perlakuan ibunya akan tetap sama saat mengetahui bahwa dirinya bukanlah Alissa.
"Kamu kalau nanya suka nggak mikir-mikir dulu!" sergah Alissa.
Aiqal terkekeh melihat respon Alissa yang tidak ia sangka sangka. "Aku kan cuma nanya."
"Aku nggak bisa jawab. Kamu sendiri udah tahu, kalau kemarin aku sempat nggak tahan untuk hidup sebagai orang lain."
"Kita buat perjanjian. Setelah hasil pengumuman UN nanti, kamu harus mengatakan yang sejujurnya mengenai diri kamu sama Mama kamu. Begitu pun aku, aku akan mengatakan mengenai penyakit yang aku derita."
Dilihatnya Alissa seperti tengah menimang-nimang ucapan Aiqal. Dengan cepat perempuan itu mengangguk mantap. "Setuju!"
Pernyataan Alissa mengakhiri percakapan mereka. Setelahnya mereka bergegas mengambil tas dan beranjak dari tempat duduknya. Mereka harus kembali ke rumah masing-masing karena gerbang sekolah akan segera di tutup.
BAGIAN 8
Hari Senin datang sekedip mata. Teman-temannya terlihat begitu santai menghadapi hari ini dan seharusnya Alissa juga bersikap santai seperti mereka. Perempuan itu tidak bisa berhenti membayangkan apa yang akan dilakukan ibunya jika ia tidak mendapatkan peringkat tiga besar. Padahal ibunya sudah mengatakan bahwa dirinya tidak akan menyakiti lagi Alissa, apapun hasilnya. Namun, tetap saja. Alissa tidak ingin menghancurkan harapan ibunya.