Saras yang mendapat tatapan tajam pun, melebarkan senyumnya. "Habisnya kamu teriak kalau lagi marah-marah. Jarang-jarang kan liat kamu muji orang," Saras terkekeh.
"Apaan sih. Udah sana nonton lagi."
Mereka pun kembali menikmati tontonan gratis itu. Alissa tidak lagi bersuara setelah kejadian tadi. Ia takut berteriak diwaktu yang tidak tepat lagi seperti tadi. Sedangkan Saras, perempuan itu tidak henti-hentinya menyoraki nama Dimas. Dapat ia pastikan, besok suara Saras akan hilang.
Pertandingan antara tim basket SMA Angkasa dengan SMA Gintira akhirnya selesai. Pertandingan pun di menangkan oleh SMA Angkasa dengan skor 114 dan SMA Gintira 109. Dimas dan Aiqal menghampiri kedua perempuan itu. Keringat membanjiri wajah kedua laki-laki itu. Terlebih lagi Aiqal. Lelaki itu bertambah ketampanannya saat ia menyugar rambut basahnya itu.
"Gimana, aku keren kan?" tanya Dimas pada Saras.
"Kamu keren banget! Bersihin dulu keringatnya, cepat. Nanti mereka liat ketampanan kamu," keduanya terlihat seperti pasangan baru yang tengah dimabuk asmara.
Alissa yang memperhatikan itu pun tidak peduli. Tapi ia baru ingat, kalau bukan hanya dia yang melihat kelakuan Dimas dan Saras. "Jangan diliatin terus, nanti ngiler."
"Nggak tuh! Biasa aja."
"Iya, iya. Selamat ya, nggak salah mereka pilih ketua tim."
Aiqal mengulum senyumnya. Tidak menyangka seorang Alissa bisa memujinya seperti itu. Tapi, ia baru saja melupakan satu hal. Bahwa perempuan itu bukanlah Alissa. Dia Maura.
"Makasih juga, loh. Udah nonton," Alissa hanya mengangguk sebagai tanggapan.