Mohon tunggu...
Ahmad Ramdani Official
Ahmad Ramdani Official Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Jadikan buah pikiranmu, adalah karya terhebatmu untuk Dunia!!"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merajut Asa, Mimpimu...

6 Maret 2024   22:43 Diperbarui: 6 Maret 2024   23:06 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya punya ide." Elisa, seorang guru yang berkumpul diantara mereka, memberikan ide liciknya.

"Apa itu?" tanya Harry.

"Tidak lama lagi, adalah hari kelulusan akhir semester pelajaran bagi semua Siswa. Rapot untuk Anak yang bernama Malanggi ini, alangkah baiknya kalau kita jelekkan saja." Usul Elisa.

"Nah, itu betul sekali. Saya setuju." Jawab Guru yang lain. Hendric namanya.

"Baiklah kalau begitu. Harry, Anda tetap fokus mengajar dengan kurikulum yang kita telah sepakati. Biarlah Malanggi mengkritikmu. Doktrin akan tetap terus berjalan bagi mereka yang bodoh. Dan ketika waktunya tiba, Ia tak perlu kita luluskan." Ucap Wilhelm selaku Kepala Sekolah.

"Baiklah Pak kalau begitu. Bu Elisa, terimakasih atas usulan dari Anda." Tanggap Pak Harry.

"Sama-sama Pak. All the best."

Rapat diantara mereka para Guru-guru pun berakhir. Mereka semuanya telah sepakat untuk menjegal generasi unggulan didikan mereka sendiri yang kian hari, kian semangat belajar dalam mengarungi luasnya lautan ilmu yang condongnya adalah untuk mempertahankan Negeri. Kakek Malanggi muda yang statusnya adalah siswa, tentulah tak akan mengetahui akan hal ini. Terlebih lagi Bapak dan Ibu.

Tak terasa menggowes sepeda dari rumah menuju pasar malam yang suasananya sudah sekian padatn seraya mengkhayalkan masa lalu, akhirnya Kakek Malanggi sampai juga. Ikan-ikan yang tadi dibawa didalam 3 buah bak ukuran sedang, segera dia letakkan diatas sebuah terpal yang ukurannya tak begitu panjang untuk dijual. Lampu penerang yang tadi Ia bawa, turut pula dipasang agar apa yang dijualnya yaitu Ikan, bisa terlihat jelas bagi Orang-orang pengunjung.

Walaupun berjualan tempatnya ada berbayar, tetapi itu tidaklah menjadi masalah. Berbayar pun sesungguhnya tidaklah berapa. Perihal uang kebersihan dan listrik yang berbayar bagi penyedia (pengurus) pasar, tentu harus dipikirkan pula tenaga dan jerih payah mereka yang telah berupaya  menyediakan. Dan tak lama kemudian, malam hari akhirnya tiba. Pukul 19:00 wib, pengunjung ramai berdatangan.

Ditengah kerumunan para pengunjung, seorang wanita yang tengah mengandung Anak dengan ditandai perutnya yang membesar, menghampiri Kakek Malanggi untuk membeli Ikan. Wanita itu, bukanlah seorang pengunjung yang aristokrat. Melainkan, Ia adalah seorang pengamen yang bernyanyi menggunakan sebuah salon kecil layaknya ber-karaoke, mengais rezeki dengan menjual suara pada keramaian pasar malam tersebut.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun