Mohon tunggu...
Ahmad Ramdani Official
Ahmad Ramdani Official Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Jadikan buah pikiranmu, adalah karya terhebatmu untuk Dunia!!"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merajut Asa, Mimpimu...

6 Maret 2024   22:43 Diperbarui: 6 Maret 2024   23:06 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jika demikian Kek. Berikut Saya beri kepada kakek, brosur untuk tahap awal yang merupakan syarat menerbitkan naskah bersama Kami ya Kek. Harap dibaca dan kalau setuju, silahkan Kakek tanda-tangani."

"Terimakasih banyak Mas. Saya akan segera menghubungi Mas Sarjono dan Hartono untuk mengirimkan naskah Saya, jika sudah Saya ketikkan didalam laptop."

"Sama-sama Kek. Kami juga mengucapkan terimakasih kembali, karena Kakek sudah memiliki tekad dalam berkarya, mengingat Kakek yang telah menginjak lansia." Jawab Hartono.

"Ngomong-ngomong Kek, perkenalkan nama Saya Hartono dan ini rekan Saya Sarjono. Kami tunggu kabar terbaik ya dari kakek. Terimakasih."

"Salam kenal, Mas Sarjono-Hartono. Saya akan segera memberi kabar."

"Baiklah Kek. Kalau begitu Kami izin pamit, selamat siang." Sarjono berpamitan, untuk kemudian bertugas kembali di kantor mereka.

"Selamat siang kek. Mari." Hartono turut pamit.

"Selamat siang kembali Mas. Mari, silahkan."

Tidak membutuhkan waktu yang lama. Setiba kembali Kakek Malanggi dirumah, dan oleh karena tubuh yang masih dirasa fit, Ia langsung membawa buku tulis berisikan naskah cerita pertamanya untuk diketik. Untung saja, dengan jarak yang tidak terlalu jauh tetapi tidak juga dekat dari rumah, terdapat sebuah warnet sederhana. Warnet sederhana dengan hanya memiliki empat buah PC, dan kondisi jaringan internet yang sebetulnya sulit. Namun, Anak-anak desa setempat tidak pernah libur mengunjungi.

Warnet pada umumnya, biasanya hanya kalangan Anak-anak sajalah yang bermain. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jikalau Kakek Malanggi menjadi pusat perhatian ketika masuk didalamnya. Akan tetapi selaku Orang yang sudah lansia, Kakek Malang tidak mengerti apa yang tengah mereka perhatikan darinya. Ia lantas tidak peduli, kemudian fokus dan fokus mengetik tulisan-tulisannya.

Setiap hari, disela-sela tubuh yang tatkala sehat dan sanggup beraktivitas walau hanya pelan-pelan, Kakek Malanggi rutin mengetik hasil tulisannya. Kini, dua minggu atau setengah bulan sudah lamanya waktu berjalan. Dalam kurun waktu dua minggu itu saja, dua naskah sudah selesai diketik, diperbaharui narasinya, untuk kemudian mantap diterbitkan. Dan untuk ketiga naskah yang lain, Ia bertekad menyusul. Sungguh, sebuah pencapaian yang luar biasa.  

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun