Mohon tunggu...
Ahmad Ramdani Official
Ahmad Ramdani Official Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Jadikan buah pikiranmu, adalah karya terhebatmu untuk Dunia!!"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merajut Asa, Mimpimu...

6 Maret 2024   22:43 Diperbarui: 6 Maret 2024   23:06 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jadi begini. Kami selaku tim penerbit buku, tengah mencari naskah-naskah tulisan yang dapat Kita publish dalam bentuk buku eksemplar. Dan buku yang kami publish, tentunya merupakan upaya penjualan buku yang Kami lakukan dengan bekerjasama kepada segenap toko-toko buku di Indonesia. Kemudian, ketika naskah tulisan buku sudah terjual, ada royalti yang akan Kami berikan kepada penulisnya."

Setelah papar Hartono, Sarjono pun menambahkan. "Tepat sekali. Dan oleh karenanya, marilah kita Masyarakat Indonesia ini khususnya, untuk senantiasa menanamkan budaya gemar menulis. Yah, walau tidak semua penerbit memilih naskah kepenulisan setiap penulis, namun setidaknya Kita punya karya berupa tulisan buku. Dan percayalah, tentu akan ada penerbit yang dapat  mem-publish buah pikiran tersebut." 

"Royalti itu apakah berupa uang?" Kakek Malanggi masih bertanya.

"Iya, benar Kek." Jawab Hartono.

Mendengar pemaparan-pemaparan Sarjono dan Hartono sebagai dua orang penerbit, Kakek Malanggi tersipu lalu menjadi diam. Dalam pikirnya, alangkah baik jikalau Ia menerbitkan dalam bentuk sebuah buku, tulisan-tulisan yang selama ini ditulisnya agar kalau-kalau potensi menghasilkan uang, meskipun belum pasti. Ide itu terlintas selain karena tenaga yang memang hampir habis, hal itu juga disebabkan usia dirinya yang sudah terlampau tua.

Di sisi lain, karena Ia berpikir bahwa daripada tulisan menganggur dan Orang-orang pada umumnya tidak mengetahui buah pikirannya, lebih baik dipublish lalu dibaca orang banyak. Dan yang paling penting adalah, royalti dalam bentuk sejumlah uang untuk simpanan masa-masa lansianya kini.

Sarjono dan Hartono lantas kebingungan, karena kakek Malanggi sontak terdiam tanpa kata-kata. Kedua bola matanya membesar dan tidak bergerak bahkan tak berkedip sedikitpun. Ya, Kakek Malanggi tengah berpikir terhadap hal-hal yang kiranya berpeluang tersebut. Apa yang berada dipikirkan Kakek Malanggi, ialah upaya memantapkan niat untuk mengambil peluang yang datang menghampirinya tersebut. Peluang untuk turut menjadi penulis, dan menerbitkan karya berupa sebuah buku yang merupakan gagasan-gagasannya sedari Ia muda.

Kakek Malanggi yang belum berhenti berpikir, lantas masih pula terdiam. Untuk menghilangkan kekhawatiran, Hartono kemudian mencoba menyadarkan, agar Ia dan Sarjono bisa kembali ke kantor.

"Kakek." Ucap Hartono, seraya menyentuh pundak Kek Malang.

"Astaga. Maaf, maaf." Kakek Malang tersadar.

"Ada apa kek? Mengapa terdiam?"

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun