Mohon tunggu...
Ahmad Ramdani Official
Ahmad Ramdani Official Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Jadikan buah pikiranmu, adalah karya terhebatmu untuk Dunia!!"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merajut Asa, Mimpimu...

6 Maret 2024   22:43 Diperbarui: 6 Maret 2024   23:06 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hartono lalu memberi kepada Kakek Malanggi hak royalty kepadanya, dan Ia berkata. "Terimakasih, atas segala yang sudah kakek kontribusikan kepada Kami. Maafkanlah Kami, jika kiranya ada suatu kelalaian atau kesalahan dari Kami."

Dengan kondisi terbatuk-batuk karena rasa sakit yang menjangkiti, Kek Malang menjawab :

"Berikan saja dua puluh persen dari uang itu untukku. Selebihnya, Saya minta tolong kepada Mas Sarjono dan Hartono untuk memberikan sisanya kepada seluruh warga desa ini. Mungkin, hanya itu yang dapat Saya lakukan. Setidaknya, Saya bisa sedikit membantu mereka para warga Desa tempat dimana Saya diami selama puluhan tahun ini. Saya memang belum benar-benar sempurna didalam menjalani Kehidupan Saya yang singkat. Apalah daya diri Saya yang tak berarti, miskin, dan juga mungkin membuat susah banyak Orang. Saya hidup sebatang kara seperti yang sudah Mas berdua saksikan sekarang, semua itu karena Saya yang tidak bisa berbuat lebih terhadap sesama serta sekeliling Saya. Maafkanlah, jika memang Saya pun ada salah dengan Mas Sarjono dan Hartono. Saya hanyalah Orang-Tua dan Manusia biasa serta tidak memiliki kelebihan apapun. Tentu, harapan Saya sebesar-besarnya terhadap Mas Sarjono dan Hartono, agar kiranya dapat membantu. Saya sangat senang jika Mas berdua mau untuk melakukannya."

Suara yang diungkapkan, bukanlah suara keluh kesah atau jerit yang terpendam dari sang Kakek. Suara itu, merupakan isyarat yang melambangkan betapa tulusnya cinta kasih Orang-orang biasa. Sekilas, mereka memang tidaklah istimewa. Tidak ada yang peduli dengan cinta mereka. Namun, mereka sebagai Orang-orang yang hidupnya dihiasi cinta tersebut, selalu berupaya untuk memperlihatkan indah sang cinta.

Mereka memperlihatkan, bukan bermaksud untuk menebar harapan busuk. Sebuah perbuatan yang menginginkan sesuatu dibalik itu. Melainkan, yang mereka ingin perlihatkan tentang cinta dan kasih sayang tulus, adalah bagaimana segenggam air dapat membasuh lalu menghidupan segala yang hidup dan memiliki rasa.

Air tak pernah berharap apapun, bagi siapapun yang dihidupinya. Ia sudah dengan fitrah hydrogen dan oxygen dikandungnya itu, berupaya menghidupkan sesuatu yang tumbuh. Demikian halnya Kakek Malanggi. Nafas Manusia selalu terbatas dan terikat pada massa yang telah ditetapkan. Namun, hanya satu hal dari cinta kasih Manusia yang terpendam ketulusan dalam hatinya. Dan satu hal itu adalah, semoga kita dapat memberikan cinta itu. Hanya satu, yaitu cinta. Cinta bukanlah kenistaan, melainkan menjaga dari kejamnya rasa.

Mendengar perkataan Kakek Malanggi barusan, Sarjono dan Hartono bersedih haru. Tidak ada yang menyangka, bahwa begitu tulusnya sosok Kakek Malang. Mereka berdua pun akhirnya menyanggupi permintaan Kakek Malanggi barusan, yaitu mendistribusi sebagian besar royalty ke-penulisannya kepada seluruh warga Desa, tempat dimana Kakek Malanggi tinggal. Entah dengan cara apapun nanti, setidaknya Sarjono dan Hartono sanggup untuk melakukannya.

Air mata terjatuh, walau hanya setetes dari mata Hartono, tidak terkecuali Sarjono rekannya. Dalam kondisi itu, Hartono menjawab. "Baiklah Kek. Kalau memang demikian yang Kakek mau, Saya siap lakukan."

"Kami bersedia Kek." Sambung Sarjono setelahnya.

"Terimakasih banyak ya Mas. Saya berjanji, akan melakukan lebih baik lagi kedepannya jikalau usia masih panjang." Ucap Kek Malang yang lemah.

"Sama-sama Kek. Terimakasih kembali, karena sudah bekerjasama. Kami senang." Balas Sarjono.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun