Mohon tunggu...
Ahmad Ramdani Official
Ahmad Ramdani Official Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Jadikan buah pikiranmu, adalah karya terhebatmu untuk Dunia!!"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merajut Asa, Mimpimu...

6 Maret 2024   22:43 Diperbarui: 6 Maret 2024   23:06 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kakek Malanggi terduduk, dan pikirannya berputar-putar bagai sedang mengejar bintang Ilmu pengetahuan atau inspirasi, untuk menemukan apa yang hendak dituangkan pada tulisan. Tak membutuhkan waktu yang lama, pena dalam genggam tangannya itupun kemudian merayap pada kertas putih yang kosong tersebut. Kakek Malanggi mulai menulis segala sesuatu yang Ia pikirkan, hingga tiba fajar pagi nanti.

Ayam-ayam jantan peliharaannya, berkokok dengan semangat yang turut berkobar-kobar sebagai isyarat tanda-tanda kedamaian. Dalam kurun waktu beberapa jam mulai dari dini hari tadi hingga fajar subuh, Ia telah menulis sebanyak empat lembar kertas yang Ia punya dirumah sebagai curahan pikirnya. Lelah, tentulah kini yang Ia rasakan. Kakek Malanggi tidak pernah menyangka, bahwa terlintas dalam benak pikir yang kemudian menggerakannya untuk menulis.

"Baiklah, Kita sambung nanti ya." Tutur Kek Malang.  

Ketika mentari fajar sudah mulai meninggi sebagai pertanda hari semakin terang benderang, Kakek Malanggi bersiap-siap kembali untuk berjualan di pasar pagi. Kemungkinan lamanya hanya satu atau dua jam saja, sampai saat dimana sepi pengunjung dan Orang-orang yang menjadi pengunjung tersebut, pulang kerumah mereka untuk menjalani kebahagiaan didalam hari-harinya.

Disaat waktu pulang dari berjualan telah tiba, Kakek Malanggi singgah sesa'at di sebuah toko buku, lalu membeli sebuah buku tulis yang tebal untuknya tatkala tiba dirumah nanti untuk  melanjutkan kepenulisan. Hidup, adalah sebuah dimensi perubahan. Bait ingatan singkat ini sudah tak lagi hanya sekedar ingatan atau motivasi semata-mata, melainkan telah mendarah-daging dalam kesadaran alam pikirnya.

Untungnya ikan-ikan sudah habis terjual, mengingat masih banyak tersisa sewaktu Ia berjualan di pasat malam kemarin. Setidaknya, dengan demikian Kek Malang tidak terlalu pusing memikirkan kerugian daripada dampak hal itu. Ketika sudah sampai dirumah, buku tulis yang dibelinya tadi langsung dirayapkan kembali corak-corak pena diatasnya, sebagai sambungan naskah yang Ia tulis semalam.

Kini, Kakek Malanggi mengubah tekad. Di usia yang sudah lansia itu, dan sebagai jawaban atas pertanyaannya kepada Tuhan serta ingatan terkait dimensi sebuah perubahan hidup, Kakek Malanggi fokus diri untuk menulis dan menjadi seorang Penulis. 

                                                                                     ****

Hari demi hari berlalu, bahkan tahunnya pun telah berganti. Sudah selama dua tahun waktu berjalan, sesungguhnya memang tidak terasa. Tetapi begitulah fakta yang telah terjadi. Sebanyak lima buah buku tulis tebal, bahkan kini adalah yang keenam Kakek Malanggi tuliskan buah-buah pikirannya. Enam buah buku tulis tebal, dengan enam topik bahasan naskah yang berbeda. Kakek Malanggi yang semakin kian menua, sudah barang tentu suatu keniscayaan jika perkara  kesehatan mulai menurun. Bahkan untuk mencari Ikan sebagai rutinitas sehari-harinya berjualan saja, Ia bahkan tak kuasa lagi.

Uang simpanan tabungan ketika dirinya masih diberi kesehatan prima dari Yang Maha Kuasa sehingga kuat dan tegar menjalani usaha menjual Ikan, semakin hari sudah semakin menipis. Tentu saja, diperuntukkan membeli keperluan berupa obat-obatan, makan, dan keperluan lain-lain. Obat-obatan pun sudah habis diminumnya setiap hari, agar parah penyakit tidaklah menjangkiti seluruh tubuh.

Oleh karena kebetulan hari ini sedang cerah, mumpung keadaan sedang merasa sedikit sehat wal afiat, kakek Malanggi kemudian pergi dengan sepedanya dalam rangka membeli keperluan meminum obat.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun