Mohon tunggu...
Ahmad Ramdani Official
Ahmad Ramdani Official Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Jadikan buah pikiranmu, adalah karya terhebatmu untuk Dunia!!"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merajut Asa, Mimpimu...

6 Maret 2024   22:43 Diperbarui: 6 Maret 2024   23:06 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena keduanya sudah mengenal Kakek Malanggi, Hartono dan Sarjono pun bertemu kangen layaknya reuni terlebih-dahulu, sekaligus melihat naskah ke-penulisan Kakek Malanggi untuk kelayakan penerbitan bukunya. Mengobrol dan sekaligus berbincang-bincang sesaat menikmati  waktu, adalah hal yang ketiganya kini lakukan saat ini. Dan ketika obrolan yang berjalan selama satu lebih setengah jam itu berjalan, Hartono dan Sarjono melaksanakan tugasnya.

Kakek Malanggi memberikan sebuah flashdisk kepada Hartono dan Sarjono, yang Ia beli dengan harga cukup murah dari penjaga warnet tempat Ia mengetik naskah file tulisannya. Mendapat flashdisk itupun bermula ketika dirinya bingung, dan tidak tahu bagaimana cara mengambil file tulisan yang Ia ketik itu. Akan tetapi, untung penjaga warnet tersebut memperhatikannya lalu memberikan solusi.

"Ini Mas, naskah Saya berada didalam sini. Mohon di cek, apakah layak terbit atau tidak." Ucap Kakek Malang, seraya memberi flashdisknya.

Dan selama setengah jam, Hartono bersama Sarjono melihat serta mensortir secara perlahan-lahan naskah tulisan Kakek Malanggi. Keduanya tidak menyangka, tiga naskah ke-penulisan sudah rampung Kakek Malanggi tulis hanya dalam waktu dua minggu saja. Pencapaian yang menakjubkan, padahal usianya sudah terlampau begitu lansia. 

"Luar biasa Kek. Naskah Kakek begitu menakjubkan. Penuh terhadap motivasi dan inspirasi dalam kehidupan ini." Sarjono, memberi pujian kepada Kek Malang.

"Kakek, ini Naskahnya sangat fresh dan tentu saja layak terbit. Apakah Kakek sudah siap bekerjasama terhadap penerbitan Kami?" tanya Hartono bersungguh-sungguh.

"Syukurlah kalau memang Mas Sarjono dan Hartono, menyetujui naskah Saya. Tentu saja Mas, Saya siap." Balas kek Malang, dengan perasaan sedikit haru.

"Jika memang Kakek sudah dengan hati serta niat yang mantap menerbitkan naskah Kakek, ini adalah beberapa MOU yang harus Kakek tanda-tangani. Silahkan Kek." Hartono menyodorkan lembaran kertas legalitas MOU sesungguhnya, kali ini sebagai syarat menerbitkan buku.

Kakek Malanggi membaca bait demi bait tulisan yang merupakan surat perjanjian antara penerbit dengan dirinya. Setelah membaca, tanda-tangan kontrak untuk bekerjasama pun akhirnya dimulai. Penerbit Merdeka Literasi dan Kakek Malanggi, sepakat bekerjasama.

Tidak membutuhkan waktu yang lama lagi, Hartono dan Sarjono kemudian segera pamit dari rumah Kek Malang, untuk lanjut bertugas dan menyalin naskahnya agar dapat diedit lalu dicetak untuk dipasarkan. Ketika malam mulai menghampiri hari, dan menghadirkan nuansa gelap serta rembulan, rasa sakit Kek Malang mulai kambuh kembali. Kakek Malanggi terbatuk-batuk begitu cukup parah.

Hanya obat yang Ia beli di apotek sajalah, yang mampu meredakan. Tentu saja, sang obat hanya berperan sebagai pereda, bukan untuk menyembuhkan agar tidak datang kembali penyakit yang dirasanya itu. Selanjutnya di kantor sementara mereka di Desa Sumbangsari, Sarjono dan Hartono juga langsung melaksanakan tugasnya mem-publish naskah tulisan kek Malang.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun