Mohon tunggu...
Ahmad Ramdani Official
Ahmad Ramdani Official Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Jadikan buah pikiranmu, adalah karya terhebatmu untuk Dunia!!"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merajut Asa, Mimpimu...

6 Maret 2024   22:43 Diperbarui: 6 Maret 2024   23:06 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bukan begitu maksudku Pak."

"Diam..!!" Bapak membentak.

Tak lama setelah bentakan Bapak kepada Malanggi muda Anaknya, Ibu yang tadi diam membisu serta memperhatikan keduanya, lantas turut memuncak amarahnya dan melampiaskan semua amarah itu kepada Malanggi.

"Lang, dengar..!! Bapak sama Ibu mungkin setiap hari memerintah dan melihat Kamu berjalan ke sekolah. Tapi siapa yang tahu kalau misalnya Kamu justru memilih untuk bolos terus pergi nongkrong gak jelas sama temen-temen Kamu?!" ucap Ibu.

"Siapa yang tahu kalau selanjutnya kalian sepakat diam satu sama lain dan gak melapor ke Bapak dan Ibu, hah?!"

Berakhirlah sudah sikap berupaya pembelaan atas diri sendiri. Kakek Malanggi pun akhirnya hanya bisa terdiam. Di satu sisi, dikarenakan memang percuma saja. Buat apa lagi membela diri, kalau sikap itu tidak membuahkan hasil sama sekali, disebabkan Bapak dengan Ibu sudah tak mau mempercayai dirinya.

"Jadi benar, selama ini kamu bolos?" Setelah itu, Bapak bertanya kembali. "Jangan diam saja kamu, jawab Bapak..!!"

Entahlah, sepertinya amarah Bapak dan Ibu sudah tak dapat dibendung dan ditolerir. Pembelaan dengan puluhan kata-kata pun sudah takkan mampu meyakinkan keduanya untuk kemudian percaya. Malanggi muda, hanya bisa berdiam diri saja. Namun, karena pertanyaan amarah dari Bapak dan Ibu barusan harus dijawab, Malanggi menjawab hanya dengan kepala mengangguk.

"Dasar Anak kurang ajar..!! Tak tahu malu dan diuntung..!!" gerutu Bapak. "Dasar Anak biadab..!!"

Tak dapat dipungkiri, pukulan yang bentuknya bagai cambuk dalam genggaman tangan Bapak, akhirnya melayang pada tubuh Malanggi muda. Terasa sakit, namun Ia hanya dapat menahannya dan diam membisu tanpa kata-kata. Dalam pikir Bapak dan Ibu, setan mungkin telah merasuki diri sang Anak sehingga menjadi malas. Sedangkan fakta yang terjadi, sesungguhnya tidaklah demikian.

                                                                             ****

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun