Namun keisengan agaknya memang telah begitu sukses menjadi kawan terbaik saya. Bahkan di saat tersuram seperti inipun, saya masih saja gemar berangan nakal. Dan sambil bercanda saya sering berpikir, alangkah saktinya saya! Di saat begitu banyak orang yang mati-matian ingin kuliah di UI, saya justru meninggalkannya.
“Ah... Lo kan cuma dapat jurusan xxxfiiifffxxx, Bay... Enggak bonafid kalee...!”.
Benarkah begitu? Alangkah lugunya pemilik pendapat tersebut, karena tidak paham bahwa di negeri ini, segala yang berbau UI tentu saja masih tetap terkesan mewah serta memiliki bargaining position yang lebih tinggi dari universitas lainnya. Tak peduli apakah kau ‘cuma’ terdaftar begitu saja di Fakultas Kedokterannya, atau ‘justru’ tercatat dengan sangat hormat namanya sebagai mahasiswa Sastra Jawa. Dan jurusan xxxfiiifffxxx siapa sangka ternyata adalah disiplin ilmu yang paling tidak normal serta paling bunglon cakupannya...?!
Tak perlu kau rogoh kocekmu dalam-dalam, jika hanya ingin memiliki keahlian setingkat pemandu wisata, karena dana negara yang mungkin tak sempat dikorupsi, telah cukup untuk membiayaimu keliling begitu banyak lokasi wisata yang ada: SECARA GRATIS…!!!
Atau setelahnya kau bisa menjadi wartawan dengan segala macam ilmu photografi, topografi, bibliografi serta skill penunjang berakhiran ‘i’ lainnya yang kau pelajari, yang dijamin tak akan kalah canggih dengan sekolah jurnalistik yang ada.
Menjadi budayawan? Sambil merem juga jadi. Tinggal banyak nongkrong bareng ‘orang TV dan Koran’ yang menjadi dosen di sana. Dari Seno Gumira hingga Ayat Rohaedi dan yang lainnya. Bahkan jika kau punya sense of brothership yang kuat, maka memiliki kemampuan berbahasa asing secara gratis bukanlah sesuatu yang di luar jangkauan... berapapun banyaknya bahasa yang ingin kau kuasai! Dan banyak lagi kelebihan yang lainnya, bila kau diterima di Jurusan Indiana Jones ini. Walau memang ada satu yang tak akan pernah kau pelajari di sana: Menjadi Presiden! Karena di masa lalu, jabatan yang pernah terkesan ‘AMAT TAK PRESTIOUS’ tersebut memang seringkali diperoleh bukan karena apa yang kau punya, melainkan lebih berdasarkan kepada segala yang justru tidak kau miliki. Dan semakin banyak tidak kau miliki, maka semakin besar peluangmu untuk menjadi.
“Tapi lo tetap keluar dari sana, Bay...?”
Kenapa tidak? Saya masuk UI cuma buat Mulan. Dan setelah Mulan tak ada lagi, saya tak merasa perlu untuk mempertahankannya.
“Enggak sayang, Bay...?”
“Ah, cuma UI doang...” Begitu yang kerap saya ucap ke Gimbal, yang kontan membuat dia ngotot-ngotot sambil melotot, dan dengan bentuk bibir yang memang setelan dari sononya seperti agak kebetot, Gimbal selalu teriak, “Ini UI, Bay...! UI...!!!” seakan-akan kampus itu adalah situs sejarah yang baru saja ditemukan kemarin siang.
Tapi dua huruf itu memang seringkali tak terlalu berarti apa-apa buat saya, bahkan jauh-jauh hari sebelum saya tinggal pergi.